INFONUSANTARA.NET, Sijunjung — Pada hari Senin tanggal 3 Juni 2024, selepas shalat Dzuhur dilakukan prosesi “Bakaua Adat” di Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.
Agenda tahunan itu dilakukan oleh Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduong, generasi muda serta melibatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat yang ada di Nagari Sijunjung.
Anggota DPRD Propinsi Sumbar H. Daswanto, SE bersama Asisten Administrasi Pemerintahan Aprizal, M.Si mewakili bupati didampingi pejabat lainnya pun turut dalam acara sakral tersebut.
Terdapat enam fakta mengenai Bakau Adat di Nagari Sijunjung yang perlu diketahui, guna menambah khazanah kita.
1. Tradisi Yang Tak Pernah Putus
Bakaua Adat di Nagari Sijunjung adalah tradisi yang tak pernah putus, dimulai sejak dahulu dan masih dilestarikan hingga sekarang.
2. Rekor MURI “Perkampungan Adat Berjejer Terpanjang di Indonesia”
Bakaua Adat dilakukan di “Tobek,” sebuah lokasi yang khusus digunakan untuk menggelar acara tersebut. Namun sebelumnya dilakukan dulu arak-arakan menuju lokasi sembari melewati Rumah Gadang yang berjejer disepanjang jalan.
Tangible dengan Deretan Rumah Gadang itu, telah diakui Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Perkampungan Adat Berjejer Terpanjang di Indonesia” pada tanggal 27 Agustus 2023 di Jakarta.
3. Lorong Waktu Minangkabau
“Jika Bapak dan Ibu ingin melihat Rumah Gadang, di TMII juga banyak dan dimana-mana juga ada,” ungkap Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yuswir, SSTP, M.Si Sutan Gumilang suatu ketika.
Namun di Sijunjung, bukan hanya Rumah Gadang yang kita saksikan, tetapi juga diikuti dengan tradisi sepanjang hayat sejak bayi lahir hingga meninggal dunia (intangible) masih terpelihara dengan baik, termasuk tradisi Bakaua Adat.
“Berada di Perkampungan Adat Sijunjung, membuat kita serasa berada di abad ke-16 yang lalu, sehingga tepatlah kiranya dinamakan Lorong Waktu Minangkabau,” ujar Benny.
4. Bararak
Dalam proses Bakau Adat itu, setelah acara di Balai-Balai Adat maka seluruh Ninik Mamak bersama unsur masyarakat “Bararak” menuju Tobek. Bararak adalah berbaris teratur sesuai peran dan fungsi dalam masyarakat dan diiringi alunan musik “Talempong Pacik”.
5. Mambantai Kobau
Hidangan utama bagi peserta dan undangan yang menghadiri Bakau adalah nasi dengan lauknya hidangan gulai Daging Kerbau. Sumber biaya untuk “Mambantai” atau penyembelihan hewan kerbau berasal dari kas Ninik Mamak.
6. Malomang
Bagi kaum ibu, pada hajatan tersebut akan memjunjung “Nasi Badulang” dalam arak-arakan. Selain nasi dan lauk, “Lomang” juga turut dibawa yang akan dibagikan kepada seluruh undangan dan peserta Bakaua Adat.
Lomang adalah masakan beras pulut dicampur santan menggunakan media tabung bambu, dengan cara dibakar menggunakan api dari kayu bakar.
Tiap ibu-ibu membawa dua hingga tiga batang Lomang kelokasi Bakau Adat. Lomang sekaligus menjadi buah tangan untuk dibawa pulang oleh bapak-bapak yang hadir. AG(Danus)