Kepala Sekolah SDN 21 Teluk Nibung ,Farida,S.Pd. |
INFONUSANTARA.NET — Makin parah saja kondisi udara di Kota Padang yang diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan diduga berasal dari provinsi tetangga yang terbawa angin hingga ke Sumbar.
Kualitas udara di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), menurun menjadi tidak sehat dengan nilai PM2.5 berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) mencapai 105, akibat kabut asap pada Rabu siang kemarin.
Kabut asap yang menutupi wilayah Kota Padang kondisi langitnya yang hampir gelap menyelimuti awan. Kualitas udara Kota Padang status tidak sehat, bisa dibilang masuk dalam kategori darurat.
Menurut Kepala Sekolah SDN 21 Teluk Nibung ,Farida,S.Pd, bahwa saat ini kondisi udara di Kota Padang semakin parah. Hal ini membuat mata guru dan siswa perih dan sesak nafas.
Zat karbon yang dihasilkan dari kebakaran hutan bersenyawa dengan oksigen berdampak sekali menimbulkan polusi udara. Ini jelas membahayakan tubuh.
Udara yang penuh dengan zat karbon akan mengendap pada saluran nafas, dampaknya sesak nafas atau gejala ISPA.Hati-hati jika angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) melebihi angka 100, ini tidak sehat. Berdasarkan ISPU Net milik KLHK, tingkat PM2.5 di Kota Padang pada Rabu siang terpantau 105.
“Berdasarkan aplikasi tersebut, nilai 105 masuk kategori tidak sehat. Maka ketika aktivitas diluar ruangan harus menggunakan masker,” katanya, Kamis (19/10/2023).
Gejala ISPA dimulai dari hidung lalu ke rongga mulut, berlanjut ke bagian tenggorokan hingga paru-paru. Kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak kabut asap adalah ibu hamil dan anak-anak.
Selain itu Farida,S.Pd, juga menjelaskan bahwa kabut asap juga mempunyai pengaruh pada tumbuh kembang anak. Jika tidak mendapatkan asupan gizi yang baik, dampak kabut asap bisa membuat anak gampang sakit-sakitan hingga dewasa.
“Kecerdasan anak juga bisa mengalami gangguan akibat perkembangan otak terganggu.Anak-anak yang berusia enam tahun ke bawah harus hati-hati saat kabut asap, karena bisa mengakibatkan gangguan kecerdasan,”ungkapnya.
Sementara Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi menyebut berdasarkan aplikasi SiPongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, terpantau belasan titik panas (hotspot) di Sumbar, terutama di Pesisir Selatan, Sijunjung, dan Solok Selatan pada Rabu.
Sementara titik api (fire spot) terpantau di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Provinsi Bengkulu.
Ia menyebut petugas telah turun ke lapangan untuk memastikan titik panas tersebut berupa kebakaran lahan/hutan atau tidak.
Berdasarkan ISPU Net milik KLHK, tingkat PM2.5 di Kota Padang pada Rabu siang terpantau 105. Berdasarkan aplikasi tersebut, nilai 105 masuk kategori tidak sehat. Kualitas udara tersebut dinilai merugikan bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan.(Amy)