INFONUSANTARA – Ramalan atau Jongko Jayabaya dinilai mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono masih relevan untuk ’menerawang’ tokoh yang akan menjadi presiden Indonesia di tahun 2024.
Dalam ramalan pujangga Jawa Kuno itu, disebutkan bahwa pemimpin Indonesia adalah mereka yang mempunyai nama dengan akhiran kata No-To-No-Go-Ro. Dalam bahasa Indonesia, noto nogoro berarti menata negara.
Arief lantas mengurai bahwa akhiran No sudah tercermin dari Presiden pertama RI Soekarno. Sementara To ada pada Soeharto. No yang kedua melekat pada akhiran Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“No lagi; Mulyono, kenapa Mulyono? Jokowi itu saat lahir nama aslinya Mulyono, karena berulang kali sakit-sakitan ibunya lalu mengganti nama jadi Joko Widodo, jadi Jokowi masuknya di No; Mulyono,” terang Arief Poyuono kepada redaksi, Senin (25/10).
Dalam hitungan ini tidak menyertakan Presiden Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Alasannya, karena ketiganya hanya sebentar memimpin atau tidak sampai 5 tahun.
Pertanyaan selanjutnya adalah, siapa yang akan menjadi presiden berdasarkan hitungan ini. Menurutnya ada tiga tokoh yang potensial.
“Hanya tiga tokoh yang masuk Jongko Joyoboyo, Notonogoro sebagai penerus Jokowi. Yaitu Airlangga (Airlonggo dalam bahasa Jawa), Ganjar Pranowo, dan Gatot Nurmantyo,” terangnya.
Menurutnya, syarat harus orang Jawa bagi presiden RI dan lahir di area Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah terpenuhi oleh ketiga tokoh tersebut.
Sementara nama lain seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Prabowo Subiantio, Moeldoko, Bambang Soesatyo, Sandiaga Uno, dan Puan Maharani berada di luar Jongko Joyoboyo.
“Jadi percuma tokoh ini ngotot maju sebagai capres. Pasti akan kalah dan cuma buang buang duit aja loh,” tutupnya.
Sumber: RMOL