Novel Baswedan/ Karni Ilyas Club |
INFONUSANTARA.NET – Kabar yang beredar bahwa Novel Baswedan dipecat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tidak lolos tes wawasan kebangsaan.
Menurut Rocky Gerung, jika memang Novel Baswedan tersingkir dari KPK, maka lembaga anti korupsi itu akan menjadi suram.
Pernyataannya itu dapat dilihat dalam video berjudul ‘Innalillahi Wainnailahi Rojiun, KPK Sudah Mati, Mari Kita Lupakan!’ yang tayang di Rocky Gerung Official pada Rabu, Mei 2021.
“Nah sekarang, KPK itu tanpa Novel itu seperti pagi tanpa matahari, gelap,” katanya sebagaimana dilansir dari terkini.id.
Alasan Rocky Gerung mengatakan demikian adalah karena menurutnya, KPK sudah sangat melekat dengan sosok Novel Baswedan.
“Karena orang ingat, KPK siapa, ya Novel Baswedan, yang selalu ada di depan tiba-tiba namanya dibisik-bisikkan orang bahwa itu kerjaan Novel, itu Novel yang melakukan pengintaian segala macam tuh,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Rocky Gerung juga menilai bahwa Novel Baswedan adalah prestasi dan monumen KPK. Maka jika KPK menyingkirkan Novel, sama saja menumbangkan monumennya sendiri.
“Bahkan dia harus merelakan matanya hilang supaya negeri ini tidak buta terhadap korupsi. Sekarang KPK membutakan matanya sendiri. Jadi siapa lagi yang bisa memandang secara tajam tempat persembunyian para koruptor ini?” sambungnya.
Rocky Gerung menambahkan bahwa kendati mata Novel tidak dapat melihat dengan sempurna, namun akal dan nalurinya mampu mengetahui persembunyian para koruptor.
“Nah sekarang, orang yang sangat peka dan punya pengetahuan rata-rata tentang korupsi itu disingkirkan,” kata Rocky Gerung.
“Inilah monumen dari kedunguan seperti yang saya sebutkan tadi. Jadi dia, KPK itu membunuh dirinya sendiri dengan kedunguan atau dibunuh dengan kedunguan. Kedunguan siapa? Ya kedunguan kekuasaan,” tambahnya.
Rocky Gerung lantas menyinggung bahwa tes wawasan kebangsaan itu hanyalah kamuflase kekuasaan yang dibuat seolah sesuai prosedur.
Ia tidak mengerti mengapa orang seperti Novel Baswedan yang sudah lama mengabdi dan membuktikan kemampuannya masih perlu diuji.
“Jadi, selalu ada semacam persembunyian dari kekuasaan yang seolah-olah hendak diselundupkan supaya tak terlihat dengan mengatakan bahwa ‘ya itu kan melalui prosedur.’ Prosedur apaan? Novel berkali-kali udah ada di situ, apa lagi yang mesti dipertanyakan dengan Novel? Apa dia kurang setia pada NKRI? Apa dia kurang mampu mengintai, mengintip, dan membekuk koruptor? Jadi nggak jelas ini,” papar Rocky Gerung.
“Hanya mungkin tidak bisa menjawab satu pertanyaan itu, kan. Atau Novel mungkin dengan fasih menjawab dengan kejujuran. Jadi kalau dia jawab dengan jujur, maka dia disingkirkan. Padahal pertanyaannya, pertanyaan yang tidak jujur kan,” tambahnya.