Mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.(ist). |
INFONUSANTARA.NET — Pernyataan Pandji Pragiwaksono yang membandingkan ormas Front Pembela Islam (FPI) dengan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) menui pro dan kontra.
Politikus Ferdinand Hutahaean menyebut apa yang diungkapkan Pandji chanel YouTubenya, Rabu (20/1) tidak sesuai fakta.
“Bahhh..!! Panji ini koq bisa berpendapat tidak sesuai fakta? NU dan Muhamadiyah adalah organisasi yang sudah mengakar dan hidup di keseharian masyarakat kita. Selalu ada dan tak pernah jauh dari rakyat,” katanya dikutip dari akun Twitternya, Rabu (20/1/2021).
Mantan kader Partai Demokrat itu menyebutkan membandingkan ormas besutan Habib Rizieq Shihab yang telah dibekukan dengan dua ormas Islam itu adalah sebuah kekonyolan.
“Membandingkan NU dan Muhamadiyah dengan FPI itu konyol,” ungkapnya.
Sebelumnya, Pandji Pragiwaksono menilai langkah pemerintah membubarkan organisasi FPI, bukan langkah yang tepat. Sebab akan muncul para simpatisan FPI ini dengan bentukan ormas yang berbeda.
“Ngebubarin itu percuma, karena nanti akan ada yang lain lagi, Front Pejuang Islam atau lainnya. Ngebubarin percuma kaya nutup situs bokep, entar juga kebuka lagi ga ada hujungnya gitu,” ujar Pandji ketika berdiskusi secara virtual dengan dua mantan anggota FPI, seperti dilansir dari chanel YouTubenya, Rabu (20/1).
Pandji Pragiwaksono mengatakan, di masyarakat ada banyak para simpatisan FPI. Terlebih lagi di kalangan bawah. Itu karena FPI selalu ada ketika masyarakat kalangan bawah meminta bantuan. Menurut Pandji Pragiwaksono, pendapat itu dia dengar dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola.
“FPI itu dekat dengan masyarakat. ini gue dengar dari Pak Thamrin Tomagola, dulu tahun 2012, kalau misalnya ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian ga bisa masuk, itu biasanya orang tuanya datangi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk, terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji.
Pandji melanjutkan, FPI terkenal dan disukai di masyarakat kalangan bawah ketika para elit dari ormas Islam besar, yakni Nahdaul Ulama (NU) dan Muhammadiyah jauh dari masyarakat.
“FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhamamdiya) jauh dari rakyat. Mereka elit-elit politik. Sementara FPI itu dekat. Kalau ada yang sakit, ada warga yang sakit mau berobat, ga punya duit, ke FPI, kadang-kadang FPI ngasih duit, kadang FPI ngasih surat. suratnya dibawa ke dokter jadi diterima,” ungkap Pandji.
Source:Fajar.co.id