Tradisi do’a tolak bala di Kuranji |
INFONUSANTARA.NET – Do’a Tolak Bala salah satu tradisi yang turun temurun terus digiatkan bagi masyarakat Kuranji. Tradisi nan sudah dari dahulunya ini hampir pudar di kehidupan modern sekarang.
Namun, berkat kekompakan para tokoh adat, ninik mamak, pemuka masyarakat, tokoh agama dan generasi muda Kuranji, kembali mengangkat Do’a Tolak Bala tersebut. Mengingat banyaknya musibah, hasil panen menurun dewasa ini.
Pada malam puncak dihadiri oleh Ketua KAN Pauh IX Kuranji Suardi Dt. Rajo Bujang, Camat Kuranji yang diwakili Lurah Kuranji, Kasma Efendi, S. Sos, Alim ulama dan bundo kanduang. Selanjutnya, tokoh masyarakat dan para pemuda generasi penerus, Minggu (1/11/2020) malam, di parkiran Masjid Nurul Ihsan Kelok Kuranji.
Rajo Indo selaku Ketua Panitia Tolak Bala, menyampaikan, acara dimulai dari tgl 26 Oktober atau selama 7 hari. Disebabkan banyaknya virus penyakit yang melanda di bumi Allah ini.
“Menurutnya hasil panen para petani akibat hama wereng. Maka dari itu, tidak lepas dari mengingat kepada Allah SWT, sebab yang mendatangkan reski hanya Allah dan juga yang mendatangkan maupun yang menolak penyakit dan lainnya juga Allah SWT,” ujarnya.
Sementara itu, Lurah Kuranji Kasma Effendi, S. Sos, mengatakan, selaku pihak pemerintah mengapresiasi kegiatan tradisi tolak bala yang diangkat oleh nagari Kuranji.
Tradisi ini sangat banyak manfaatnya, selain mempererat rasa persaudaraan juga menanamkan rasa introspeksi diri kita kepada Allah. Sebab, banyaknya virus dan wabah yang melanda negri ini, pungkas Effendi Garda sapaan akrabnya.
Ketua MPA KAN Pauh IX Kuranji yang juga tokoh panutan Irwan Basir Dt. Rajo Alam, SH, MM mengatakan, kegiatan masyarakat yang positif ini maka wajib bagi pemerintah untuk mendukungnya serta memberikan apresiasi dan motifasi penuh, pinta Datuk IB.
Ketua MPA KAN Pauh IX Kuranji Irwan Basir Dt Rajo Alam |
“Tradisi Tolak Bala ini sebuah pelestarian dan warisan adat maupun tradisi dari nenek moyang kita dahulunya, sesuai dengan filsafah Minang ‘ Berek-berek turun kasamak, tibo disamak mamakan padi. Dari nenek turun kamamak, dari mamak turun ka kami anak kamanakn,” Imbuh Datuk IB yang juga Ketua DPD LPM Kota Padang.
Kemudian, sinergisitas antara adat, budaya dan agama. Historisnya, sejak tahun 1880an wabah sudah ada, tetapi saat itu Do’a tolak bala gabungan tokoh religius, tokoh masyarakat dan ninik mamak bahu membahu melakukannya. Dari satu masjid ke masjid lainnya dan keliling kampung memanjatkan do’a serta salawat kepada Nabi. Sehingga, bisa terhindar dari segala bala bencana dan wabah, terang Ketua Fishing Club Padang ini lagi.
“Tolak Bala, adat tradisi ini sudah mulai memudar dalam kehidupan bernagari. Dikarenakan zaman. Budaya itu ialah bahagian dari sendi-sendi kehidupan. Maka dari itu, perlu kembali dihidupkan tradisi nenek moyang terdahulu,”.
Datuk Irwan Basir melanjutkan, tolak bala ini menunjukkan perkuatan ukhuwah islamiah, menumbuhkan rasa kepedulian, rasa kegotong royongan, rasa sosialitas dan rasa kebersamaan ditengah kondisi kehidupan masyarakat yang individualistik.
” Semoga kedepan segala musibah, bencana dan hasil panen di kelurahan maupun kecamatan kuranji terbebas dari segala marabahaya. Do’a kita bersama agar kedepan kita jauh lebih baik, lebih sehat,” ujarnya sembari memanjatkan do’a dan diamini oleh seluruh hadirin yang hadir.
Sumber: Hr1/DP – Humas.