Isi Riset UNJ yang Buat Megawati Tuding Jakarta Amburadul

 

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri dikenal pula sebagai Ketum PDIP. 

INFONUSANTARA.NETKetua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri baru-baru ini melontarkan pernyataan yang mengkritik ‘Jakarta amburadul’.

Megawati, yang juga Ketua Umum PDIP, menyampaikan pernyataan itu merujuk pada riset Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang menyimpulkan predikat City of Intellectual. Jakarta, kata Megawati, tak termasuk dalam kategori tersebut.

“Persoalannya, sekarang saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul, karena apa, ini tadi seharusnya city of intellect ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya,” kata Mega dalam ‘Dialog Kebangsaan: Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial’ yang disiarkan secara daring, Selasa (10/11).

Adapun riset yang menjadi tumpuan pernyataan Megawati itu adalah Studi Pemeringkatan Kota-kota Mahasiswa di Indonesia 2020 yang digawangi Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas.

Dari dokumen laporan yang dilihat CNNIndonesia.com, penelitian itu hendak bertujuan menentukan pemeringkatan kota yang layak disebut sebagai kota mahasiswa terbaik di tanah air pada 2020.

Setidaknya ada lima poin kesimpulan penelitian tersebut yakni dari sudut aspek keberadaan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berakreditasi A di satu kota; aspek keamanan; aspek beban biaya hidup; aspek peluang kerja di satu kota; dan, aspek daya tarik satu kota.

Dari lima variabel tersebut kemudian tim peneliti mendapatkan skor keseluruhan untuk menentukan peringkat kota mahasiswa di Indonesia. Untuk tiga besar adlaah Semarang, Solo dan Surabaya, lalu Denpasar.

DKI sendiri berada di peringkat ke enam di bawah Malang, lalu Bandung dan Yogyakarta.

“[Hasil penelitian] Kita tidak meyebut amburadul atau apa, tidak. Tapi, fakta yang menunjukkan bahwa Jakarta nomor urut enam di seluruh kota di Indonesia berdasarkan penelitian tahun 2020,” ujar Hafid Abbas saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (11/11).

Rincian Kesimpulan per Variabel

Studi ini menggunakan objek penelitian terhadap 10 kota di Indonesia yakni Medan, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Denpasar, dan Makassar untuk menentukan ranking ideal ‘Kota Mahasiswa’.

Para peneliti melakukan pemeringkatan di sejumlah kota yang memiliki minimal tiga perguruan tinggi yang berakreditasi A, atau bereputasi di tingkat nasional dan internasional.

Khusus pada variabel keamanan, peneliti menyimpulkan DKI berada di posisi buncit alias paling rawan. Penelitian itu mendapati rata-rata setiap bulannya sepanjang 2019 terdapat 2.718 kasus kriminal yang terjadi. Sementara Kota Semarang menunjukkan angka rawan kejahatan paling sedikit dengan rata-rata 19 kasus kejahatan per bulan.

Infografis Jakarta di Pusaran Macet dan Banjir. (Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen)

“Jakarta karena memang kota sangat besar, megacity, jadi kerawanannya lebih tinggi dibanding kota kecil. Yang teraman itu dalam studi ini Semarang karena hanya 19 kasus kejahatan sebulan, kalau di Jakarta setiap 16 menit ada satu kasus kejahatan,” kata Hafid Abbas.

Sementara itu dari aspek pertama yakni keberadaan PT yang terakreditasi A di satu kota, Jakarta masih kalah dari Surabaya yang menempati urutan tertinggi.

Jakarta justru berada di puncak pada variabel aspek beban biaya hidup di mana rata-rata biaya hidup setiap bulan adalah Rp7,5 juta. Posisi berikutnya adalah Surabaya (Rp6,1 juta) dan Makassar (Rp5,8 juta).

Kota termurah adalah Solo (Rp3,5 juta) atau dua kali lipat lebih rendah dari Jakarta.

Pada aspek keempat yakni peluang kerja di satu kota, Jakarta ada di tempat ketiga, kalah dari Yogyakarta dan Surabaya.

Pada variabel terakhir, daya tarik satu kota, Surabaya berada di puncak peringkat disusul Bandung dan Denpasar.

Dalam sambutannya untuk acara tersebut Mega sempat menyentil DKI Jakarta saat ini berubah menjadi kota yang amburadul merujuk pada hasil penelitian tim UNJ.

Hasil penelitian UNJ ini juga dipaparkan dalam ‘Dialog Kebangsaan: Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial’ yang disiarkan secara daring, Selasa (10/11) kemarin.

Merespons pernyataan Mega, Hafid menjelaskan sekali lagi bahwa hasil studinya itu tidak ada keterkaitannya dengan ‘amburadul’-nya tata kelola kota.

“Kita tidak menyebut amburadul atau apa, tidak. Tapi fakta yang menunjukkan bahwa Jakarta nomor urut enam di seluruh kota di Indonesia berdasarkan penelitian tahun 2020,” jelas Hafid.

Hafid pun tak mempermasalahkan pernyataan Mega, namun yang jelas ia mengingatkan bahwa studi penelitiannya murni ilmiah dan tidak ada niat untuk menyinggung politik.

“Terserah orang memberi makna dalam temuan-temuan tersebut, bebas saja, tapi itu di luar kepentingan ilmiah ya,” pungkas Hafid.

Sumber:CNN Indonesia

Leave a Comment