Bangsa Para Relawan, Optimisme Indonesia lewat Semangat Masyarakat Sipil

 

Keterangan Gambar : Ketua Pembina Masyarakat Relawan Indonesia Ahyudin (tengah) menyampaikan makna kerelawanan dalam Diskusi Kebangsaan Indonesia Bangsa Para Relawan, Selasa (24/11). Hadir juga Presiden Aksi Cepat Tanggap sekaligu Pembina Masyarakat Relawan Indonesia Ibnu Khajar (kiri) dan Pembicara Tamu Ustaz Fariz BQ (kanan).

INFONUSANTARA.NETCovid-19 telah memberi dampak bagi roda perekonomian, sosial, kesehatan, bahkan kondisi psikis masyarakat. Jutaan orang menjadi korban, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di kalangan ekonomi dan bisnis, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, pedagang gulung tikar, dan pembatasan aktivitas di luar rumah yang berdampak pada pekerja upah harian. 

Di dunia kesehatan, jumlah yang terkonfirmasi terus meningkat termasuk gugurnya para tenaga medis. Dalam menghadapi kondisi darurat ini, semangat dan solidaritas masyarakat sipil dianggap perlu untuk membangkitkan optimisme bangsa di tengah narasi pesimisme.

Benih-benih optimisme terus ditanam dengan solidaritas kerelawanan terhadap sesama. Patut diakui, peran relawan sangat penting dalam membantu penanganan Covid-19 sebagai bentuk sinergi antara seluruh instrumen bangsa. Tidak hanya di sektor medis saja, relawan kemanusiaan juga dibutuhkan untuk masalah nonmedis dalam menghadapi situasi krisis akibat pandemi Covid-19 dalam melengkapi pemerintah untuk meringankan penderitaan saudara sebangsa. 

Di sisi lain, istilah “relawan” telah menjadi wacana yang populer dan kuat di tengah masyarakat. Relawan menjadi bagian pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan perubahan dan peradaban yang lebih baik. Pun, relawan dan gerakan kerelawanan memiliki konotasi dan persepsi yang positif di tengah masyarakat. Sehingga, diperlukan upaya-upaya serius untuk menjadikan masyarakat relawan sebagai sebuah kekuatan bagi perubahan yang signifikan. Inilah menjadi alasan penting atas kehadiran Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) sebagai aktivitas pemberdayaan masyarakat sipil dalam menjalankan misi kemanusiaan. 

Dengan kondisi krisis yang bereskalasi, gerakan kepedulian yang lebih besar pun dibutuhkan untuk meluaskan aksi-aksi nyata yang dapat meredam dampak pandemi. Gerakan ‘Bangkit Bangsaku’ yang beberapa hari lalu diinisiasi ACT, menjadi semangat utama dan akan terus digaungkan bersamaan dengan rangkaian aksi nyata berbagai elemen masyarakat dan MRI sebagai salah satu aset publik.

Peran penting relawan ini disampaikan Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina MRI pada launching logo MRI dan diskusi Kebangsaan (24/11). “Relawan dan aktivitas kerelawanan potensial menjadi sebuah gerakan sosial sekaligus menjadi modal sosial yang dahsyat untuk menciptakan perubahan. Hal ini karena, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai bangsa para pahlawan namun juga bangsa para relawan. Melalui Gerakan ‘Bangkit Bangsaku’ yang diinisiasi ACT maka kehadiran MRI merupakan pasukan peradaban untuk memantik optimisme anak bangsa dengan skala yang lebih luas lagi. Relawan tidak boleh disematkan untuk apapun yang konotasinya negatif, sebab relawan dan kerelawanan adalah energi kebaikan,” ungkap Ahyudin.

Ahyudin menyampaikan pula jika setiap individu adalah relawan. Sebagai manusia, kita harus memahami setiap individu bergantung pada individu atau makhluk hidup lainnya. Hal ini karena relawan adalah sebuah kehidupan, dan kehidupan sesungguhnya adalah kerelawanan.

Dalam diskusi ini, disebutkan pula adanya banyak bencana yang telah terjadi dan peristiwa-peristiwa besar di Indonesia, semua merupakan tanda-tanda dari Yang Maha Kuasa untuk memicu kita sebagai manusia untuk meningkatkan semangat gerakan civil society. “Indonesia adalah bangsa besar dan bangsa hebat, melalui kerja-kerja hebat maka negara ini bisa kembali menjadi jati diri bangsa gotong royong, bangsa dermawan. Semua manusia adalah saudara kita, itulah objek-objek kemanusiaan. Inti dari kerelawanan adalah kesukarelaan, terlibat dalam kerja-kerja kebaikan,” tambahnya Ahyudin.

Tidak hanya sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sipil, MRI menjadi organisasi masa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, berupaya mengokohkan kebersamaan, membangun  harmoni sosial antar masyarakat, dan memiliki spirit nasionalisme kebangsaan. Kedepannya, peran strategis MRI, selain aktif melakukan aksi-aksi kemanusiaan, juga akan memperkuat peran pada level advokasi, dan peran makro seperti isu-isu emergency di masyarakat. Artinya, bahwa relawan MRI harus mampu memberikan kontribusi pada perubahan lingkungan masyarakat luas, nasional, bahkan lingkungan global.

Sekjen MRI, Ibnu Khajar juga menambahkan dengan tema besar “Bangkit Bangsaku”, MRI menjadi salah satu tonggak yang akan menyukseskan implementasi gerakan ini di tengah masyarakat. “Pemberdayaan masyarakat sipil sangat penting. Hal ini karena  masyarakat merupakan komunitas inti dan bagian terpenting dari konstruksi sebuah bangsa dan negara. Peran masyarakat sipil juga menentukan eksistensi sebuah bangsa, derajat sebuah bangsa, dan menjadi ukuran harga diri sebuah bangsa dan negara,” kata Ibnu. Alasan itu pula, lanjut Ibnu, yang membuat masyarakat bersolidaritas mendukung satu sama lain.

“Bangsa kita butuh disemangati sebuah gerakan, penyadaran terhadap berbagai permasalahan, pembuka jalan solusi dan implementasi nyata, serta penjaga optimisme tetap menyala. Seluruh aksi ini membutuhkan kolaborasi besar berbagai elemen masyarakat. Semua anak bangsa diundang kontribusinya, menyiarkan semangat dan ide untuk bangkitkan bangsa. Bersama, kita akan gulirkan bola salju kepedulian kita untuk Indonesia,” tutup Ibnu.(*)

Leave a Comment