Boby Rustam Sekretaris Komisi II DPRD Kota Padang |
Infonusantara.net
PADANG – Sekretaris Komisi II DPRD Kota Padang, Boby Rustam menilai, keuntungan yang didapat Badan Usaha Milik Daerah Padang Sejahtera Mandiri (BUMD PSM) tidak masuk akal. Untuk itu, Komisi II belum dapat memberikan rekomendasi tambahan penyertaan modal sebesar Rp.2 Miliar yang di ajukan PSM.
“Kalau kita lihat kondisinya sekarang, PSM perusahaan kurang sehat.
Keuntungan yang didapat PSM sekarang, dengan manajemen yang baru, itu memang tidak masuk akal. Tak balance dengan anggaran yang diajukan. Malah dalam laporannya PSM mengalami minus mencapai Rp800 jutaan,” ungkap Boby Rustam, ketika dihubungi kemarin .
Dia mengatakan, BUMD PSM bukan social oriented tapi economic oriented. Artinya, PSM itu harus mendatangkan dividen yang bisa membantu perekonomian pemerintah kota atau PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Lebih lanjut dikatakan ,adanya indikatornya sering gonta ganti manajemen.Kemudian berdasarkan diskusi di Komisi II, tidak ada master plan yang jelas di setiap unit usaha yang dipegang oleh PSM, yaitu parkir di kawasan objek wisata Pantai Air Manis, Semen beton, dan Transpadang yang sekarang ini mereka pegang. Saya benar-banar sangat pesimis. Bagi saya, angkanya sangat tidak logis,” ujarnya
“Seperti pada unit usaha distributor semen, kita tidak melihat market dari semen yang akan dijual. Padahal, kita sudah deposit Rp2 Miliar. Kalau Rp.2 Miliar itu kita tarok saja di bank, sudah berapa PAD untuk Kota Padang? Itu kalau tidak kita putarkan. Kemudian, kondisi pasar semen hari ini sangat lesu.
Unit usaha Transpadang, dengan kondisi pandemi Covid-19 ini, orang lebih banyak memakai transportasi online seperti GoCar. Jadi apa yang mereka sampaikan itu, dalam kondisi sekarang tidak rasional, sebab dalam kondisi pandemi.
“Kemudian unit usaha perpakiran. Sesuai dengan pembicaraan kita beberapa waktu lalu dalam pembahasan KUPA 2020 ,masa iya! pada unit usaha parkir yang dikelola PSM untuk kawasan wisata Pantai Air Manis, hanya Rp130 ribu satu hari yang dihasilkan, kan tidak masuk akal itu,” ujarnya.
Dikatakan, pada tahun 2020 di tengah masa pandemi Covid-19 ini, mereka harus memperbaiki indikator tersebut. Baru setelah itu berbicara master plan perusahaannya.”Silahkan lakukan pembenahan ke dalam terlebih dahulu, kaji terlebih dahulu unit-unit bisnisnya.
Kita tak ingin PSM dijadikan social oriented, apalagi dalam kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu ini. Artinya apa, kita baru bisa menambah penyertaan modal ke PSM itu setelah masa pandemi Covid-19 berakhir. Karena jika ditambah dalam kondisi ekonomi stagnan seperti saat ini akan memperburuk biaya operasional perusahaan.
Kita sarankan PSM untuk memperbaiki manajemen marketingnya, manajemen teknisnya, manajemen HRD-nya dan manajemen keuangannya. Jadi ini yang harus mereka perbaiki terlebih dahulu,” paparnya.
Dalam artian apa yang dikerjakan PSM selama ini dengan penyertaan modal yang di kucurkan, belum ada terlihat hasil sama sekali, malahan minus dari segi pendapatan.
Bukannya kami tidak mau memberikan rekomendasi untuk penambahan penyertaan modal, tapi tolong buktikan kinerja PSM ini terlebih dahulu. Jika ada perubahan di tahun depan tentunya akan dipertimbangkan. “Dan saat ini kami di Komisi II belum bisa memberikan rekomendasi tambahan penyertaan modal,” pungkasnya.(Inf)
INFO NUSANTARA PERSADA