Infonusantara.net
Mistik- Laku kungkum tidak lepas dari legenda yang bermitos karomah para tokoh-tokoh sakti di negeri ini. Salah satu legenda yang termashur adalah riwayat Sunan Kalijaga kala masih bergelar Berandal Lokajaya.
Laku Kungkum sudah jarang dikupas. Kendati laku ini punya mustika yang sangat hebat. Seseorang akan mempunyai kekuatan luar biasa pada indra ke-enamnya.
Laku ini syarat utama dalam mencari ilmu kadigdayan. Dengan melakukan puasa ini manusia akan mendapatkan getaran gaib dari indra ke-enamnya. Ini untuk membangkitkan inti tenaga gaib seperti hawa panas.
Dalam kebudayaan Jawa, dunia spiritual menjadi bagian yang amat penting. Paham kanoragan, kadigdayan dan ilmu jaya kawijayan menjadi tradisi yang kuat untuk dipahami sekaligus dijalani. Salah satu dari itu adalah laku kungkum.
Lokajaya (Sunan Kalijaga)
Dia berhasil diinsyafkan Sunan Bonang. Lewat kekuatan saktinya sesepuh wali itu membodohi sang brandal (perampok) dengan merubah buah kolang-kaling menjadi emas permata yang berkilauan. Lokajaya bertobat dan bersedia menjadi murid kinasih Sunan Bonang.
Untuk menguji kesungguhan pertobatan Lokajaya yang bernama asli Raden Sahid (putra Bupati Tuban, red), maka Sunan Bonang memerintahkannya laku puasa di pinggir sungai, dan harus diakhiri dengan kungkum.
Sunan Bonang melihat, dengan laku ini sang murid akan membersihkan segala pengaruh nafsu hitam yang selama ini menguasai jiwanya. Proses selanjutnya jiwa yang sudah putih ini diisi dengan ilmu-ilmu hikmah yang membawa seseorang menjadi suci.
Dalam legenda ini Sunan Bonang berhasil mewujudkan jiwa Raden Syahid menjadi salah satu aulia. Wali terakhir di tanah Jawa dan bergelar Sunan Kalijaga. Mitos-mitos karomah ini yang dikaitkan dengan spesifikasi mistik laku kungkum.
Laku kungkum secara spiritual adalah syarat utama. Dilakukan dengan berdiam diri pada sungai (telaga, laut) sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Penunjukan kata sungai disini bukan bersifat mutlak. Hanya saja dalam pembagian unsur-unsur alam semesta biasanya laku itu disebut laku air (bertempat di air).
Menurut pandangan Ki Anton Surono, MPd laku ini berakhir manakala sang pelaku mendapat sasmita atau peristiwa yang mengharuskannya mengakhiri puasanya.
“Ya lihat saja kisah Sunan Kalijaga itu yang memerintahkan berhenti kan Sunan Bonang. Nah, dalam konteks ini laku kungkum juga bisa bermakna bahwa awal dan akhir laku itu bukan manusia yang mengukurnya. Sasmita dan peristiwa itu murni dari kekuatan Tuhan,” kata dalang metafisis (debus) dari Mejasem, Tegal ini.
Untuk itulah seorang pelaku harus siap lahir batin. Maksudnya adalah untuk membersihkan jiwa raganya dari unsur-unsur nafsu. Baru siap membaca mantra.
Misalnya mantra untuk mengawali laku puasa yang berbunyi :
“Putih-putihing mripatku Sayidina Kilir, Ireng-irenging mripatku Sunan Kalijaga, Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad”.
Mantra ini tidak mutlak. Setiap amalan dan guru spiritual (guru yang diikuti, red) mempunyai mantra tidak sama. Bervariasi. Namun semua itu maknanya sama. “Penyebutan Nabi Kilir (Khidhir), Sunan Kalijaga dan Nabi Muhammad sebagai cerminan mustika dan karomah yang akan dimilikinya,” katanya.
Memang dalam pandangan ahli laku puasa dan ngelmu (ilmu hakikat) laku kungkum (berendam) bukan tergolong dalam penggolongan puasa. Namun secara implisit laku ini sama dengan istilah tarak (puasa), seperti yang tertulis dalam buku Kabudayan Jawi karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat (1985). Beberapa literatur lain juga mengisyaratkan serupa(sglasmbr)
INFO NUSANTARA PERSADA