Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Muhammad Taufik Tuanku Rajo Mangkuto bersama awak media. (ist) |
Infonusantara.net – Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Muhammad Taufik Tuanku Rajo Mangkuto meminta para pihak yang mempersoalkan pernyataan anggota DPR RI, Alex Indra Lukman terkait pariwisata halal untuk melakukan tabayyun.
“Harusnya mereka tabayyun ke Pak Alex. Ini penting dilakukan, sehingga tidak terjadi salah persepsi terkait pernyataan Pak Alex tersebut. Saya justru melihat Pak Alex berfikir subtantif, ketimbang label. Karena label cenderung membatasi,” ujarnya ketika berbincang-bincang ringan dengan awak media, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Dikatakannya, bisa jadi Alex mengejar halal sebagai nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan orang Minangkabau, ketimbang melihat label halal itu sendiri.
“Konotasinya, kalau Minangkabau pasti Islam, Islam ya pasti halal. Seperti kita masuk rumah makan Padang, pasti kita yakin kehalalannya. Beda dengan kita masuk rumah makan di Bali atau NTT misalnya, maka baru dibutuhkan label halal itu,” tukuknya.
Apalagi, kata Taufik, Alex menginginkan pariwisata Sumbar itu menjual nilai-nilai adat Minangkabau yang berpedoman kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Ini artinya, nilai-nilai Islam yang menyatu dengan kehidupan orang Minangkabau itu sendiri.
“Bagi saya, soal lebel halal itu sudah selesai bagi orang Minangkabau. Kenapa? Karena orang Minangkabau itu sudah pasti Islam, kecuali Mentawai ya,” terangnya.
Menurut Taufik, berfikir halal haram di Minangkabau justru berfikir mundur. Kecuali orang Minangkabau itu sendiri gagal membangun culture Islam yang menjadi pedoman hidupnya sebagaimana falsafah ABSBK.
“Kalau di Minangkabau ini, jika kita berfikir wisata halal, secara subtantif, kita berfikir mundur,” pungkasnya.
Bisa saja, kata Taufik, label wisata halal tersebut tidak produktif. Sebagaimana yang disampaikan Alex, lebel wisata halal bisa jadi membatasi dunia pariwisata Sumbar.
“Halal dari segi apanya yang kita maksud? Apa turis yang berkunjung ke Sumbar? Atau kita yang menantinya? Kalau yang dimaksud turis yang datang ke Sumbar, tentu jadinya membatasi. Apa bule-bule itu tidak boleh memakai celana pendek di Sumbar? Kalau kita yang menanti, tentu sudah pasti halal, karena kita semuanya muslim, kuliner yang ada pun dijamin kehalalannya. Masih banyak yang perlu dipertanyakan soal konsep wisata halal ini,” urainya.
Taufik juga meminta Alex untuk menjalin komunikasi dengan berbagai pihak soal gagasannya terhadap pariwisata Sumatera Barat kedepan, termasuk dengan para ulama yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
(by)