INFO PADANG – Berbagai kegiatan digelar Masyarakat untuk menyambut tahun baru Islam. Mereka seperti berupaya menjadikan momentum pergantian tahun tersebut untuk berhijrah demi menggapai ketenangan jiwa dan menumpuk bekal untuk akhirat kelak.
Hal tersebut, juga digelar masyarakat Kelurahan Banuaran Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Menyongsong tahun 1440 Hijriah, Para jamaah Masjid Al Quwait Perumahan Mitra Utama tersebut menggelar Tabligh Akbar bersama Mubaligh Senior Sumbar, Drs. H. Deflaizar, Sabtu, 8 Agustus 2018.
“Momen itu juga dimanfaatkan untuk Pembukaan Festival Muharram 1440 H. Dalam beberapa pekan ke depan berbagai perlombaan digelar. Diantaranya, lomba Rabana antar Majelis Taklim Masjid se Kelurahan Banuaran, Tahfidz tingkat anak – anak dangdut remaja, Tilawah, baca puisi Islam, khatib bagi pria dan ceramah agama agama serta lomba lainnya,” ujarnya Panitia pelaksana, Reni Andrianti.
Dia menambahkan, Festival Muharram dengan tema “Tahun Baru, Momentum Berhijrah untuk Menggapai Ketenangan Jiwa” ini ditujukan pada semua kalangan.
“Kita sengaja mengundang Mubaligh Senior sebagai inspirasi dan motivasi. Walau telah berusia senja, namun semangat dan rasa optimis Buya Deflaizar tetap membara,” ujarnya.
Hal sama dikatakan Ketua Masjid Al Quwait, Saribulih. Pria yang juga Ketua RT 04 RW 11 Kelurahan Banuaran Nan XX tersebut mengaku telah mengenal Buya Deflaizar sejak masih pimpinan di SMK PGRI Padang. “Setiap tahun pada salah satu Hari Besar Islam, saya sengaja mengundang Buya Deflaizar. Selain penyampaian tausiyah yang menarik juga semangatnya. Ini saya disampaikan pada siswa yang berjumlah ribuan orang waktu itu,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini semangat itu masih ada pada mubaligh tersebut. Hujan lebat ujarnya, tidak menjadi halangan untuk memberikan ilmu pada kaum muslim Banuaran.
“Kita tetap bersyukur, walau diguyur hujan lebat, namun masjid yang berkapasitas 200 orang ini masih didatangi hampir 50 persen daya tampung,” ujarnya.
Suatu hal menarik, Ustadz Deflaizar yang membahas tentang pentingnya berhijrah juga menyentil tentang perubahan sikap kaum muslim yang telah beroreantasi kapitalis. “Sebagai orang muslim, harta yang kita punya harus bisa dibawa mati. Malah yang terjadi selama ini menjadi warisan yang tak pernah lagi mengalir setelah kita mati,” ujarnya.
Untuk itu, ujarnya, jadikanlah harta itu sebagai sedekah jahiriyah. Dengan tujuan bisa dibawa mati. “Jadikan harta itu untuk menghasilkan anak yang Sholeh dan ladang ilmu,” ujarnya.
Saat itu, Ustadz Deflaizar juga menyentil makin berkurangnya rasa pada masyarakat Minangkabau. “Resepsi pernikahan makan badan jalan. Ini namanya rasa telah pudar. Saya berharap DPRD Padang bikin Perda. Kalau resepsi memakan badan jalan harus bayar ke kas daerah,” ujarnya pada Anggota DPRD Padang, Masrul yang juga hadir pada kesempatan tersebut.
Tidak sekedar ceramah, Ustadz juga mengimplementasikan dalam bentuk menginfakkan sebegian hartanya ke Masjid Al Quwait. “Ini hasil ceramah saya, siang tadi. Lantaran AC nya masih berhutang, maka ini saya jadikan Shadaqah Jahiriyah di Masjid Al Quwait. Saya harap yang lain juga mengikuti,” ujarnya.
Tak pelak, bak gayung bersambut satu persatu jamaah ikut berladang amal. Mereka tidak hanya sekedar menerobos guyuran hujan deras demi mendengar tausiyah. Lebih dari itu, juga berupaya menumpuk ladang amal dengan memperbesar nilai sadaqah.
Alhasil, momentum tahun baru Hijriyah tersebut berhasil terkumpul Rp 2.950.0000. “Alhamdulillah telah mampu menutupi beban hutang 1 AC seharga Rp3,9 juta plus upah pasang,” ujar Saribulih yang mengaku masih butuh minimal 3 AC lagi.
Saribulih menambahkan, ini merupakan infaq terbesar dalam peringatan hari besar Islam. “Jumlah yang terkumpul dalam memperingati hari besar Islam selama ini hanya rata rata Rp 1,5 juta. Namun malam ini jauh di atas rata rata. Padahal, Padang diguyur hujan yang sangat dahsyat. Artinya yang hadir, betul betul sudah teruji keimanannya,” ujar Praktisi pers ini.
Saribulih menambahkan, ini merupakan infaq terbesar dalam peringatan hari besar Islam. “Jumlah yang terkumpul dalam memperingati hari besar Islam selama ini hanya rata rata Rp 1,5 juta. Namun malam ini jauh di atas rata rata. Padahal, Padang diguyur hujan yang sangat dahsyat. Artinya yang hadir, betul betul sudah teruji keimanannya,” pungkas Praktisi pers ini.(Rel)