Komisaris Utama Bank Nagari, Adrianof A Chaniago Memberikan Kuliah Umum di hadapan ratusan mahasiswa dan segenap civitas Akademika Universitas Negeri Padang. |
INFO (PADANG) – Komisaris Utama (Komut) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Andrinof A Chaniago memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa dan segenap civitas akademika Universitas Negeri Padang (UNP) tentang Kewirausahaan Sosial Menjawab Tantangan Dekade Bonus Demografi dan Era Digital, Jumat (25/05/2018) di gedung Auditorium UNP Padang.
Menurut Mantan Mentri PPN/Bappenas itu, di masa yang akan datang ada dua hal yang akan dihadapi oleh mahasiswa yang sedang kuliah saat ini dalam menghadapi kompetisi yang keras dalam mencari pekerjaan.
“Pertama, tahun 2020 nanti, mereka akan masuk ke dalam keranjang beban demografi yang disebut dengan “bonus demografi”. Dimana penduduk usia produktif jumlahnya terbesar dalam sejarah. Bonus demografi ini akan berlangsung selama satu dekade, dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 nanti. Dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif, maka secara otomatis akan berlangsung persaingan yang ketat dalam mendapatkan sebuah pekertjaan,” terang pakar ekonomi Universitas Indonesia ini.
Lalu Andrinof melanjutkan tantangan yang kedua yaitu Revolusi 4.0 atau era digital yang bisa menghapus banyak pekerjaan.
“Bersamaan dengan bonus demografi, para pencari kerja juga akan berhadapan dengan era digital atau Revolusi 4.0 yang akan menciutkan kesempatan kerja. Era digital ditandai dengan diambil alihnya banyak jenis pekerjaan oleh teknologi informasi dan sistem digital,” jelas sosok yang dikenal dekat dengan RI 1 ini.
Namun para mahasiswa tidak perlu cemas dengan dua tantangan besar yang menghadang tersebut jika mau mengubah sikap mental menjadi bermental wirausaha.
“Lulusan perguruan tinggi dituntut mengubah pola pikir dan mental ke arah mental wirausahawan. Wirausahawan harus bermental mandiri, gigih, inovatif, kreatif, pantang menyerah dan mau berinisiatif untuk mewujudkan ide-ide kewirausahaan tersebut,” terangnya.
Menurut Andrinof, para mahasiswa tidak cukup berpangku tangan. Para lulusan universitas harus meningkatkan produktifitas dan posisi tawar. Anak muda juga harus kreatif dan inovatif serta menyesuakan diri dengan teknologi. Misalnya memanfaatkan media sosial atau website.
“Caranya dengan berwirausaha melalui aset yang dimiliki. Bermodal tidak dengan finansial saja tapi juga memanfaatkan social kapital. Bersinergi dengan lembaga keuangan dan pihak-pihak lain untuk mengembangkan usaha, berani mengambil keputusan dan melakukan aksi ketika momentum tiba serta pandai menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Telah banyak pengusaha muda wirausahawan sosial yang mendapat keuntungan dari memanfaatkan teknologi informasi,” terangnya.
Berwirausaha sambil memecahkan masalah sosial (seperti pengangguran, kemiskinan, ketimpangan dan kualitas lingkungan yang buruk) menurut Andrinof merupakan suatu lankah yang sangat luar biasa dan itu sesuai dengan falsafah Minangkabau “Lamak di Awak Katuju di Urang”, dan itu adalah landasan nilai untuk kewirausahaan sosial. Karena dengan berwirausaha sosial kita bisa memecahkan masalah-masalah sosial, mendukung dan memfasilitasi kegiatan budaya, dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Dengan berwirausaha sosial, otomatis kita telah memerangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, melestarikan lingkungan, mewujudkan lingkungan sehat, memajukan kebudayaan, menegakkan keadilan, mendorong pemerataan, mendorong kerja sama, dan merangkul kelompok marginal,” pungkas sosok yang dikenal juga peduli terhadap kemajuan pariwisata Sumatera Barat ini.
Laporan :Sat