Jangan Golput, Masa Depan Bangsa Dimulai Dari Pemilih Pemula Sang Pemuda.

Desri Ayunda Calon Wakil Walikota Padang 

Para pendiri bangsa ini adalah anak muda yang terlibat aktif dalam aktivitas sosial politik saat berada di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Sejak usia belia telah mulai berbuat untuk orang banyak. Berpikir dan bertindak dengan cita-cita yang tinggi. Memerjuangkan idealisme yang tumbuh dari dalam diri dan didapatkan di tengah masyarakat. Ketajaman mereka melihat persoalan menumbuhkan keberanian untuk mengambil sikap dan berjuang. Ketajaman naluri aktivis mereka itu berasal dari pendidikan yang mereka dapatkan. Itulah sikap kritis orang muda.


Soekarno, Hatta, Natsir, Sjahrir, Agus Salim, dan M. Yamin adalah tokoh-tokoh penting yang sejak belia memerjuangkan kepentingan orang banyak. Nama mereka harum hingga kini, karena telah menoreh sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka telah berbuat sesuatu yang besar maknanya bagi kita hari ini. Hidup aman dan nyaman yang kita nikmati hari ini, tiada lain dari buah perjuangan panjang melalui jalan berliku. Tiada lagi peluru yang berdesing di telinga anak negeri.

Kini, alam kemerdekaan telah memberi kesempatan bagi siapapun untuk mengambil peran untuk pembangunan demi kemajuan bangsa. Besar kecil peran tersebut sangat ditentukan kemauan dan motivasi bagi yang ingin berbuat. Sejauh ini, perjalanan dari tempat ke tempat lain, anak-anak muda di Kota Padang telah mengambil peran aktif dalam berbagai bidang yang diminatinya. Pada banyak pertemuan, anak-anak muda menyampaikan aspirasi; umumnya tentang kesempatan mereka untuk berbuat. Usulan mereka bernas-bernas, walau kadang-kadang masih sebatas aktualisasi diri. Tetapi hal itu sudah memerlihatkan perjuangan membuka meraih kesempatan.

Sistem demokrasi membuka kesempatan anak-anak muda, pemilih pemula, untuk ikut ambil bagian dalam suksesi. Mereka yang telah aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, ada baiknya mulai merintis ke arah lebih tinggi. Misal ikut dalam kancah pemilihan legislatif (Pileg) di tingkat kota, provinsi, hingga tingkat pusat. Sembari tetap belajar secara formal maupun non formal.

Apapun cita-cita di masa depan, sebagai seorang pemuda, sering saya sampaikan; jangan pernah berhenti mengembangkan pemikiran dan wawasan. Jangan pernah berhenti belajar. Carilah pengalaman sebanyak-banyaknya. Akses informasi ilmu pengetahuan sudah sangat terbuka sekarang ini, berbeda dengan masa-masa muda saya dulu, informasi masih bergulir lamban. Sementara kini, informasi baru cepat datang, cepat pula pergi.

Bila berkaca dengan pengalaman orang-orang muda yang mendirikan bangsa-negara ini, usia belia bukanlah alasan untuk tidak berbuat. Orang-orang muda yang berani, biasanya cepat melesat menjadi besar. “Menjadi orang besar harus dimulai dari berpikir besar, sekalipun dimulai dengan tindakan yang kecil.” Inilah yang harus terus kita beritahu kepada orang-orang muda di sekiling kita.

Jangan Golput

Ada kecenderungan anak muda hari ini tak mau bersentuhan dengan urusan politik praktis. Tak mau terlibat aktif. Mereka asyik dengan dunia mereka. Lalu bangga menjadi Golongan Putih (Golput) alias tidak memilih. Padahal, Golput tersebut merupakan strategi politik bagi orang-orang berkepentingan agar tak banyak yang ikut memilih sehingga ia bisa meraih kemenangan. Sikap Golput itu justru memenangkan satu pihak yang diuntungkan, sementara pihak tersebut tidak pernah memikirkan nasib dan energi besar anak muda, pemilih pemula. Karena itulah, apapun pilihan ketika tiba di TPS, lebih baik ada pilihan dari pada tidak sama sekali. Itulah tanda dan peristiwa politik secara pribadi sebagai pemilih pemula. Harus bangga pada pilihan tersebut.

Anak muda tentu saja punya mimpi sukses yang besar tetapi apa kuncinya? Salah satunya adalah keinginan dalam diri yang kuat. Tidak malas untuk belajar. Seperti Muhammad Natsir di umur 21 tahun sudah bisa berbagai bahasa dunia. Tidak malas menambah wawasan; kebangsaan dan kenegaraan. Sekalipun masih remaja, belia, harus mengerti bagaimana peta kebangsaan dan kenegaraan ini. Sehingga bisa memahami posisi penting. Lebih-lebih di alam demokrasi saat ini.

Jika saja seluruh anak muda bersatu di negeri ini dalam satu wadah cita-cita, ketika mereka bergerak dengan energi mudanya, tentulah perubahan besar segera terjadi. Kata-kata Soekarno yang paling sering dikutip, “bawakan aku 10 orang pemuda akan aku goncang dunia!” Begitulah, ketika orang-orang muda bisa diajak kerja sama dengan keberanian dan keluasan wawasan, bisa mengguncang dunia.

Pada pusaran Pilkada Serentak 2018, Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 nanti, akankah anak-anak muda, pemilih pemula datang ke TPS untuk memilih?Saya dengan senang hati mengajak agar anak-anak muda agar datang ke TPS. Datang dan cobloslah pilihan sesuai dengan nurani. Pelajarilah dinamika politik praktis secara seksama, sebab hal itu perlu untuk menentukan masa depan bersama, masa depan bangsa dan negara. Pelajari setiap apa yang akan dipilih. Inilah satu dari sekian banyak hal yang memberi arti di alam demokrasi. Mari Ke TPS dan mencoblos adalah sebuah perjuangan yang berat walau tampak ringan sekali.

Karena masa depan bangsa dimulai dari pemilih pemula sang pemuda. Perjuangan pemuda sekarang yang tentu saja berbeda dengan anak-anak muda pada masa lalu, yang mendirikan negeri ini. Setiap pilihan yang bebas rahasia di dalam bilik suara akan sangat memengaruhi perubahan-perubahan di masa depan. Ayo ke TPS, anak muda dan jangan buang begitu saja suara mu wahai pemuda. (*)

Penulis : Desri Ayunda

Leave a Comment