Atraksi Barongsai di Kelenteng See Hin Kiong Dalam Rangka Perayaan Tahun Baru Imlek ke 2569 |
Infonusantara (PADANG) — Ditahun 2018 ini merupakan perayaan Tahun Baru Imlek (Sin Cia) ke-2569 yang bertepatan jatuh pada hari Jum’at 16 Februari. Perayaan tahun baru Imlek 2569 di Kelenteng See Hin Kiong, Pondok kemarin malam ramai dikunjungi masyarakat. Tidak hanya warga Tionghoa tetapi perayaan Imlek ikut dihadiri masyarakat Kota Padang lainnya.
Atraksi Naga di Kelenteng See Hin Kiong Dalam Rangka Perayaan Tahun Baru Imlek ke 2569 |
Dalam perayaan Imlek ini, selain di rumah-rumah warga, sebanyak 300 lampion atau tenglong berwarna merah ini juga sudah terpasang di Kelenteng See Hin Kiong, Jalan Kelenteng No.312, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatra Barat.
Kelenteng See Hin Kiong Ramai Dikunjungi Masyarakat |
SEBELUM puncaknya pada pukul 00.00 WIB, yang akan dilakukan sembahyang tuhan, terlebih dahulu dilaksanakan hiburan penampilan baronsai dan naga dari Marga Lim. Disana terlihat antusias masyarakat dari berbagai etnis memenuhi halaman kelenteng untuk menyaksikan kesenian tradisional baronsai berwarna merah dan naga yang berwarna hijau pada perayaan itu. Hal itu menunjukkan satu keberagaman yang terjalin kuat di Kota Padang.
Suasana Halaman Kelenteng See Hin Kiong |
Kebanyakan masyarakat yang ada di halaman Kelenteng tersebut berfoto-foto dengan suasana malam dihiasi lampion merah yang indah. Sedangkan masyarakat tionghoa telah ada sebagian yang memulai sembahyang dengan membakar dupanya.
Ketua pengurus Kelenteng See Hin Kiong David Chandra mengatakan bahwa dalam penyambutan tahun baru imlek tepat pukul 00.00 WIB. Biasanya bagi warga tionghoa yang sempat datang langsung melaksanakan sembahyang di kelenteng. “Kalau tak sempat ya dilakukan dirumah, sembahyang di rumah harus menyiapkan meja tempat sesajiannya juga,” katanya.
David berharap di tahun baru imlek 2569 yang merupakan tahun anjing tanah ini perekonomian masyarakat semakin meningkat dan diberi kesehatan. Menurut David di tahun anjing tanah ini harus bekerja lebih keras. “Menurut tradisi tionghoa tahun anjing tanah ini berarti harus bekerja lebih keras lagi dan yang lahir di tahun anjing tanah ini memiliki wibawa,” ucapnya.
David melanjutkan dalam prosesi sembahyang penyambutan tahun baru imlek dilaksanakan tepat pukul 12 malam yang berarti sembahyang tinggi atau sembahyang Tuhan. Lalu paginya masyarakat tionghoa akan kembali sembahyang namanya satu hari bulan tionghoa. “Ada yang sempat pukul 5 pagi datang kalau tidak pukul 5 sore, dalam satu hari bisa dua kali,” terangnya.
David juga mengatakan untuk perayaan tahun baru Imlek ini merupakan kebudayaan dari masyarakat Tionghoa, setelah pelaksanaan tahun baru Imlek ini pada 2 Maret mendatang akan diadakan Cap Go Meh.
Sementara Ketua Panitia Pelaksana, Iswanto Kwara menyampaikan perayaan tahun baru Imlek ke – 2559 Tahun 2018 ini jatuh pada tanggal 16 Februari ini. Lampion atau tenglong berarti terang, dan perlu ritual dengan atraksi barongsai serta naga. Kegiatan tersebut merupakan tradisi tiap tahun dalam perayaan tahun baru Imlek.
Tradisi ini kami adakan malam hari agar halayat ramai mengetahui kegiatan ini. Hal ini juga untuk memperlihatkan dan menunjang unsur pariwisata di kawasan pecinan Padang. Karena kita di Padang ini merupakan multi etnis dan salah satu nya adalah tradisi dari masyarakat Tionghoa yang ada di Padang ini. “Semoga ditahun baru Imlek ini kita semua diberikan rezeki yang berlimpah, sukses dalam segala urusan,” ujar Iswanto Kwara yang juga anggota DPRD Kota Padang ini.
“Selain itu kata Iswanto Kwara, puncak perayaan Imlek ini adalah perayaan Cap Go Meh pada 2 Maret 2018 nanti. Dalam perayaan Cap Go Meh ini juga akan ada kegiatan tradisi arak – arakkan Kio dari HTT, Sipasan dari HTT, Kio Marga Lie, Kio Marga Tjoa dan Kwa(TjoaKwa), juga nanti ada Kio dari luar Sumatera yang akan turun, yakni Kio dari Semarang, Banten dan beberapa Kio dari luar perkumpulan, ” ungkapnya.
Dari pantauan KORAN PADANG dari Kelenteng See Hin Kiong, ada warga Tionghoa dari Jambi, Andi (40). Ia bersama keluarganya sengaja datang ke Padang untuk merayakan tahun baru imlek. Menurutnya perayaan imlek di Padang lebih meriah di bandingkan di Jambi. “Di Padang lebih meriah ada baronsainya dan masyarakat banyak yang hadir tidak hanya warga tionghoa saja tetapi masyarakat umum juga ikut hadir merayakan. Berbeda dengan di Jambi tidak se meriah di Padang,” ujarnya, selain merayakan imlek, ia juga sengaja ke Padang untuk menikmati wisata yang ada di Sumbar.
Tampak terlihat Andi bersama keluarganya usai melakukan sembahyang di kelenteng membeli burung pipit yang dijual di depan pintu masuk kelenteng. Ia membeli puluhan burung tersebut untuk dilepaskan. Menurutnya makna dengan melepaskan burung tersebut berupa keberuntungan. “Melepas burung ini seperti mengirimkan doa tetapi tidak diwajibkan dan tidak suatu keharusan, bagi siapa yang mau saja,” ungkapnya.
Sementara itu, Refa (20) salah seorang mahasiswali salah satu perguruan tinggi di Kota Padang bersama teman-temannya, mereka sengaja hadir untuk menyaksikan penampilan baronsai dan naga. Tidak hanya itu mereka hadir untuk berfoto-foto di kelenteng, karena menurut mereka berfoto di kelenteng saat imlek sangat bagus suasananya berbeda dibanding hari biasanya, karena kelenteng dipenuhi dengan hiasan lampion sehingga memberikan suasana yang berbeda.
Juga terlihat kemarin malam banyak para fotografer hadir di halaman Kelenteng See Hin Kiong untuk mengabadikan momen perayaan tahun baru imlek yang ramai dikunjungi banyak orang tersebut. (In7).