Infonusantara.net – Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggalang donasi untuk membantu Primadoni (38), seorang jurnalis di Padang, Sumatera Barat yang menderita penyakit langka menyebabkan tangan dan kakinya tidak dapat digerakkan.
Staf Program ACT Sumbar Aan Saputra di Padang, Jumat, mengatakan berdasarkan pemeriksaan dokter ahli saraf Primadoni didiagnosa mengalami _sindrom guillain-barre_.
“Beliau salah satu jurnalis yang juga aktif menyebarkan informasi kemanusiaan. Donasi untuk membantunya supaya kembali sembuh sudah dilakukan sejak awal bulan ini melalui https://www.kitabisa.com/bantujurnalissumbar,” kata Aan.
Sakit yang dideritanya merupakan kondisi langka yang disebabkan sistem imun menyerang sistem saraf periferal sehingga melemahkan otot yang kemudian membuatnya tidak bisa bergerak dan tidak bisa menjalankan tugas sebagai jurnalis.
Kondisi tersebut dialami secara tiba-tiba usai bertugas meliput persiapan Pemilu di Kabupaten Dharmasraya pertengahan April 2019.
Sebelum didiagnosa mengalami sindrom guillain-barre pada Mei 2019, Doni sudah mengunjungi tiga rumah sakit di Padang untuk mengetahui sakit yang dideritanya.
Kini, jurnalis salah satu media daring (online) di Padang tersebut harus menjalani fisioterapi di rumah sementara kepesertaan di program JKN-KIS tidak mencakup biaya fisioterapi di rumah. Biaya yang harus ditanggung untuk fisioterapi adalah 120 ribu Rupiah. Fisioterapi harus dilakukan 2 kali/minggu selama 2 tahun.
Donasi dari masyarakat akan membantu agar Primadoni kembali pulih, membantu pendidikan bagi anak-anaknya yang masih kecil dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Sementara Doni mengatakan hingga saat ini dirinya sudah menjalani fisioterapi selama 2,5 bulan terakhir.
Melalui fisioterapi itu jemarinya sudah bisa aktif digerakkan seperti semula meski belum kuat untuk menggenggam.
Ia masih harus menjalani rangkaian fisioterapi untuk menguatkan kembali bagian otot tangan dan kaki agar bisa kembali bergerak lalu menjalankan tugas sebagai jurnalis.
“Bagian jemari dan pangkal lengan terasa mulai kuat. Dua kali seminggu dokter datang ke rumah, saya optimis secepatnya bisa aktif lagi menulis dan menemani anak-anak beraktivitas,” ujarnya.
Primadoni adalah ayah, yang selalu ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga. Tapi, ia tak bisa berjuang sendiri. ACT berikhtiar menggalang dana untuk pengobatan Primadoni.