Infonusantara.net -Tragedi Kemanusiaan yang terjadi Wamena – Papua pada 23 september 2019 lalu menyisakan luka yang sangat mendalam. Terutama bagi Masyarakat di Ranah Minang tentunya. Dari 33 orang yang meninggal dunia terdapat 9 orang diantaranya merupakan perantau minang yang berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka datang ke Wamena untuk berdagang mencari hidup dan menafkahi keluarga di kampung. Kini mereka pulang tanpa nyawa dan tinggal luka bagi keluarga di kampung.
Hari ini (29/9), tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat (Sumbar) berangkat menuju ke rumah duka untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada keluarga korban. Stelah sampai disana tim ACT Sumbar menemui Keluarga Bapak Zal (35) di Sungai Rampan, koto Nan Tigo IV koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Bapak Zal merupakan korban yang selamat dari tragedy kemanusian di Wamena-Papua ini namun Istri dan Anak Beliau tidak dapat selamat.
Menurut keterangan dari Bapak Zal, “Kami ketika itu melihat orang berkerumunan beramai-ramai mendatangi kios-kios, termasuk ke kios kami. Kami dikepung di di dalam rumah yang ada dibelakang kios, jumlahnya sekitar 30-an. Dan Kami sudah pasrah untuk mati semua. Ada Keponakan kami yang bernama Yoga menahan pintu. Namun kerumunan diluar memaksa untuk membuka pintu. Kami dilempari dan ditembaki dengan panah.
Lanutnya, Yoga ini sudah berdarah-darah dan dia lalu pergi keluar namun pada akhirnya Yoga ini kena bunuh. Mereka itupun masuk di dalam lalu ditikamnya lah kami. Setelah itu mereka keluar ambil bensin lalu dibakarnya lah kami. Saya, tiba-tibangun bangun dengan setengah tersadar dan meminta bantuan kepada teman-teman yang ada di Kodim sana. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa dikarenakan mobil tidak bisa lewat. Dua jam setelah itu barulah bantuan datang. Saya mengalami luka bakar di beberapa badan saya. Anak dan Istrisaya sudah terbakar. Saya langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk langsung diobati pihak medis.
Setelah dari tempat Zul, tim ACT Sumbar bersama Dinas Sosial Kabupaten Pensisir Selatan mendatangi Keluarga Bapak Darwin, yang mana anaknya yang bernama Muhammad Iswan (24) menjadi korban tragedi kemanusiaan di Wamena-Papua.
Menurut Keterangan Bapak Darwin yang merupakan orang tuanya mengatakan,” Muhammad Iswan atau panggilan keseharian Iwan sudah merantau selama 3 tahun di Wamena-Papua. Iwan dua hari sebelum kejadian sempat mengontak kami dan menginformasikan bahwa keadaan disini semakin tegang dan chaos. Saya mendapat kabar Iwan sudah meninggal yakni pukul 22.00 WIB”.
Lanjutnya, Iwan ke Papua untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga. Dia merantau 3 tahun yang lalu pamit untuk bekerja di Papua. Namun, kami tidak menyangka dengan adanya kejadian ini anak kami Iwan meninggal Dunia akibat Tragedi Kemanusiaan di Wamena-Papua ini, tutupnya sambil mengusap air matanya yang mengalir saat beliau bercerita kepada Tim ACT Sumbar.
Zeng Wellf selaku Kepala Cabang ACT Sumbar menyatakan, “InsyaAllah kami akan terus berkomitmen untuk membantu keluarga korban yang menjadi tragedi kemanusiaan di Wamena-Papua. Saat ini tim ACT juga sudah berada di Posko Kemanusiaan Jayapura, Papua. Disana kami telah membuka layanan kesehatan dan memberikan bantuan logistik untuk para pengungsi tentunya. Dan kami akan terus menguapayakan untuk memenuhi kebutuhan dari para pengungsi termasuk mencoba memfasilitasi yang ingin balik ke kampong halamannya.”ungkapnya (*)