ACT Sumatera Barat bersama korban saksi tragedi kemanusiaan di Wamena |
Infonusantara.net -Pembaruan informasi atas dampak tragedi kemanusiaan di Wamena dibutuhkan. Untuk itu, ACT pada Selasa (01/10) membuka crisis center di kantor ACT Sumbar untuk memberikan informasi akurat kepada publik sekaligus menjadi tempat pengaduan orang hilang serta penerimaan donasi.
Menanggapi konflik sosial yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat Selasa (01/10) membuka crisis center di Kantor ACT Sumatera Barat dan Bandara Internasional Minangkabau. Crisis center ditujukan menjadi pusat data atas dampak konflik sosial yang terjadi di Wamena.
Kepala Cabang ACT Sumatera Barat Zeng Wellf mengatakan, crisis center yang dibuka di Kantor ACT Sumbar akan memberikan informasi kepada publik tentang data dan situasi terkini dari Papua secara akurat.
Seluruh lapisan masyarakat dapat mengunjungi dan mendapatkan informasi terkini tentang Wamena. Data-data yang crisis center ACT terima berasal dari tim yang berada di Papua saat ini.“Crisis center ini digawangi oleh tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dengan penguasaan bidang tertentu,” jelasnya, Selasa (01/10).
Saat ini, tim ACT juga sudah berada di Sentani dan sebagian lagi akan menuju Wamena. Tim tanggap darurat tersebut akan mengirimkan informasi terkini ke crisis center di Padang. Tiap pagi dan sore akan ada pembaruan informasi.
Crisis center ACT di Padang juga menjadi pusat pengaduan orang hilang atau yang menjadi korban krisis kemanusiaan di Wamena. Pihak-pihak yang nantinya merasa kehilangan keluarga di Wamena dapat menghubungi crisis center ACT.
Tak hanya itu, data dari crisis center juga dapat menjadi rujukan berbagai pihak. Tiap harinya akan ada pembaruan informasi tentang pengungsi, korban, hingga eksodus yang terjadi di Papua.
Selain itu, crisis center juga menjadi tempat bagi masyarakat yang ingin berdonasi bagi warga terdampak konflik sosial. Nantinya ACT akan menyalurkan bantuan itu. “ACT juga akan memberikan santunan bagi korban konflik yang meninggal dunia.,” tambah Zeng Wellf.
Lanjutnya, Untuk tahap pertama ini Insya Allah kita kita memulangkan 97 orang Perantau Minang dari Sentani, Papua hari Kamis (3/10) dan 3 orang tim ACT yang akan mendampingi Perantau Minang ini menuju Padang. Kita akan memulangkan Perantau Minang ini melalui pesawat Batik Air dari Bandara Sentani, Papua 08.45 WIT menuju Bandara Internasional Minangkabau, Padang.
Santunan untuk korban jiwa
Ahad (29/9) lalu, ACT menyerahkan santunan kepada korban meninggal dunia akibat konflik sosial di Wamena. keluarga Muhammad Iswan dan keluarga Linda yang tinggal di Pesisir Selatan, Sumatra Barat mendapatkan santunan.Santuanan ini diserahterimakan oleh ACT Sumbar.
Aan Saputra dari tim Program ACT Sumbar mengatakan, ada sembilan korban meninggal dunia akibat konflik sosial di Wamena yang berasal dari Pesisir Selatan. Mereka merantau ke Papua untuk bekerja. “Duka yang sangat mendalam bagi keluarga ketika mendapatkan kabar keluarganya menjadi salah satu korban konflik sosial,” ungkap Aan.(*)