Gubernur Sumut Edy Rahmayadi (kanan) saat memberi arahan ke petugas gabungan penanganan Covid-19 Sumut di RS Martha Friska, Medan, 2 April 2020. (ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA) |
INFONUSANTARA.NET–Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi berharap Kepulauan Nias diisolasi karena penularan virus Corona (Covid-19) di daerah itu melonjak. Namun, langkah tersebut urung dilakukan, sehingga hanya diganti dengan penyekatan.
“Saya kemarin berharap di Nias benar-benar total (isolasi), rupanya tidak bisa, perlu waktu. Jadi yang diberlakukan adalah penyekatan aktif. Untuk itu yang disekat adalah penumpang yang datang ke Nias,” kata Edy Rahmayadi, Medan, Rabu (16/9).
Mantan Pangkostrad itu menegaskan penyekatan aktif akan dilakukan untuk orang yang datang ke Nias maupun di dalam Nias.
“Jadi kita melakukan penyekatan aktif di Nias. Ini tidak boleh kita tunda lagi. Yang pertama kita sekat adalah Bandara dari Jakarta ke Nias, dari Medan ke Nias, disekat bukan berarti disetop,” jelas Edy.
Begitu juga dengan penumpang yang menggunakan kapal dari Sibolga, Singkil (Aceh) maupun Teluk Bayur (Sumbar). Edy mengatakan para penumpang harus menunjukkan hasil tes usap (swab) risiko corona negatif.
“Meski negatif, penumpang yang baru datang ke Nias harus diisolasi selama tiga hari,” ujarnya.
Pun demikian pada orang yang reaktif saat dites dengan alat rapid test, yakni harus menjalani isolasi. Selanjutnya akan dilakukan tes usap kepada orang yang reaktif tersebut hingga mendapat hasil selama 14 hari.
“Mereka diisolasi di tempat yang disiapkan, contohnya di gedung sekolah yang sedang libur seperti SMA atau SMK, kita siapkan di sana untuk merawat rakyat,” ujar pria yang juga pernah menjabat Pangdam Bukit Barisan tersebut.
Mengenai keterbatasan swab di Nias, Edy mengaku sedang mencoba mengajukan pengadaan. Dia berharap ke Kemenkes bisa membantu mewujudkan agar Nias melakukan minimal 100 tes per hari. Untuk sementara ini, kata dia, spesimen swab dari Nias akan dikirim ke Medan untuk diperiksa di laboratorium kesehatan.
“Sementara, jika kita swab pagi, siang kita berangkatkan pakai pesawat ke Medan. Di Medan berarti butuh 2 hari baru kita umumkan, tapi orang yang diswab di Nias sudah kita karantina,” paparnya.
Sebelumnya, pada Selasa (15/9) lalu, Edy mengaku bakal mengajukan izin ke Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan guna menutup atau mengisolasi akses keluar masuk Kepulauan Nias.
Menurut Edy, penutupan akses ini untuk mempercepat pengendalian kasus covid-19 yang kasusnya terus bertambah di Kepulauan Nias. Pada Agustus lalu, kasus covid-19 di wilayah tersebut masih nihil. Dan, berdasarkan evaluasi pemprov, penularan Covid-19 di Nias terjadi karena masih banyak lalu lintas masyarakat baik lewat jalur udara maupun laut.
Sementara itu per 14 September 2020, Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut mencatat data paparan virus corona di provinsi itu pasien terkonfirmasi dan menjalani isolasi sebanyak 8.559 orang, suspek 958 orang, pasien sembuh 5.162 orang, meninggal dunia 361 orang.
Sementara itu di Kepulauan Nias per tanggal 13 September 2020, data akumulatif kasus konfirmasi Covid-19 tercatat berjumlah 90 orang.
Selain di Nias, GTPP Covid-19 Sumut bersiap melakukan penyekatan di Kota Medan, Binjai, dan Kabupaten Deliserdang (Mebidang) untuk menekan angka warga yang terpapar virus corona.
“Langkah itu dilakukan melihat jumlah penularan Covid-19 yang terus meningkat di kawasan itu,” ujar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi menegaskan Pemprov Sumut tidak melakukan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), namun melakukan penyekatan terhadap wilayah yang terkontaminasi.
“GTPP membentuk tempat penyekatan untuk melakukan isolasi di Mebidang dan Nias,” papar Gubernur Edy Rahmayadi, dilansir dari:CNN Indonesia
INFO NUSANTARA PERSADA