Sosok Abu Bakar Ba’asyir dan Rocky Gerung. Foto: Antara |
INFONUSANTARA.NET – Pengamat politik, Rocky Gerung beberkan pandangan pribadinya terhadap umat Islam di tanah air. Dalam saluran YouTube milik penyanyi sekaligus bintang film era 80-an, Titi Widoretno Warisman alias Neno Warisman, Rocky Gerung secara terbuka menyampaikan beberapa hal terkait Islam dan Pancasila.
Awalnya dalam video itu, Rocky mengisahkan pengalamannya kepada Neno Warisman, ketika berkunjung ke pesantren milik terpidana kasus terorisme, Abu Bakar Ba’asyir.
Kala itu, Rocky mendatangi Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, Jawa Tengah untuk mengisi sebuah kuliah umum kepada para santrinya.
Meski pemiliknya tersandung kasus terorisme dan hingga kini masih menjalani hukuman sebagai narapidana, menurut Rocky, tidak ada nuansa radikalisme seperti kesan yang selama tertanam pada diri Abu Bakar Ba’asyir.
Bahkan sebagai pembicara dalam kuliah itu, Rocky berdiskusi secara terbuka soal Islam dan Pancasila.
“Saya sudah beri banyak kuliah di beberapa universitas Islam dan pesantren untuk bicara soal ini. Saya bahkan masuk ke pesantren Abu Bakar Ba’asyir Ngruki, yang dianggap sebagai sarang radikalisme. Enggak. Saya diterima di situ dan kita berdiskusi dengan akal sehat,” kata Rocky dikutip dari saluran YouTube Neno Warisman Channel.
Lebih lanjut, Rocky merasakan adanya ketidakadilan terhadap umat Islam di tanah air yang seakan-akan dibuat kontras antara Pancasila dan agama Islam. Anggapan semacam inilah yang menurut dia bahaya jika terus dipertahankan.
“Saya merasakan ketidakadilan terhadap orang Islam, karena seolah-olah ada kontras antara Pancasila dan Islam, dan itu berbahaya sebetulnya,” ujar Rocky.
Adapun salah satu ketidakadilan terhadap umat Islam dalam bernegara adalah ketika aksi 212 pecah. Meski sedang menuntut ketidakadilan terhadap umat Islam di tanah air, anehnya aksi-aksi tersebut jurstru sepi dari pemberitaan.
“Dimulai dari 212 itu yang begitu berniat untuk menuntut ketidakadilan, tapi bahkan diberitakan pun tidak kan.” ujarnya.
Walaupun kerap dinilai dekat dengan tokoh pendukung aksi 212, ia menegaskan bahwa dirinya bukanlah pendukung 212, melainkan hanya sosok pengamat politk yang mendukung hak rakyat.
“Jadi kalau dibilang saya pro 212. Enggak, saya bukan pro 212. Saya pro hak rakyat untuk tahu apa itu 212,” tegasnya, dilansir dari hops.id
Selain itu, Rocky juga sempat menyinggung sejarah lahirnya dasar negara Pancasila. Pandangan Rocky Gerung, keberadaan Pancasila tak lepas dari peran umat Islam yang rela mengganti beberapa kalimat yang terdapat pada sila pertama.
“Saya mau ingatkan bahwa sejarah republik ini berbasis pada moslem politics. Kan Pancasila itu 22 Juni ada Piagam Jakarta yang bunyi sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya.” tutur Rocky.
“Lalu karena kelegaan hati moslem society yang mayoritas, mereka bahkan mau mendunda atau bahkan menghapus 7 kalimat terakhir hingga menyisakan Ketuhanan Yang Maha Esa itu,” sambungnya.