Amien Rais saat hadir di Milad Partai Masyumi, beberapa waktu lalu. (Dok. Istimewa) |
INFONUSANTARA.NET – Di 2020 ini tiga partai politik (parpol) baru lahir di 2020. Mereka adalah parpol yang berideologi Islam-nasionalisme, yakni Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Ummat, dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) reborn.
Gelora Indonesia dan Partai Ummat boleh dibilang sempalan parpol yang ada di panggung politik nasional saat ini. Tokoh pendiri di dua parpol tersebut memiliki jejak berkonflik dengan partai lamanya sebelum memutuskan mendirikan parpol baru. Gelora dengan PKS, dan Partai Ummat dengan PAN.
Berbeda dengan Gelora Indonesia dan Ummat, Masyumi ‘dihidupkan’ kembali oleh sejumlah petinggi Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), seperti mantan politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ahmad Yani, mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahua, serta mantan Menteri Kehutanan MS Kaban.
GELORA INDONESIA
Gelora Indonesia didirikan Fahri Hamzah usai berseteru dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sejak 2017. Di Gelora terdapat nama rekan Fahri di PKS, seperti Muhammad Anis Matta serta Mahfudz Siddiq. |
Publik mengira Fahri dan Anis akan mentansformasikan organisasi kemasyarakatan (ormas) bentukan mereka di 2017, Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi), menjadi parpol. Namun nama Gelora Indonesia mulai digaungkan Fahri jelang masa jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR RI berakhir pada September 2019. Gelora Indonesia akhirnya dinyatakan berbadan hukum oleh Kemenkumham pada Mei 2020.
Berdasarkan dokumen SK Kemenkumham bernomor M.HH-13.AH.11.01 tahun 2020, banyak nama-nama politikus eks PKS menjadi pengurus. Sebut saja, Fahri yang didapuk untuk menduduki posisi Wakil Ketua Umum serta Mahfudz menjadi Sekretaris Jenderal.
Kemudian, terdapat nama Ahmad Riyaldi yang menjadi Bendahara Umum. Riyaldi pernah menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan PKS periode 2009-2014 dan anggota DPR RI 2009-2014 dari PKS.
Selain itu, terdapat nama Triwisaksana yang menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Nasional Gelora Indonesia. Sebelumnya, pria yang akrab disapa Sani itu pernah menjabat sebagai Anggota Majelis Syuro PKS. Ada pula mantan kader PKS Rofi Munawar dan Musyafa Ahmad Rahim.
Tak hanya bekas kader PKS, Gelora Indonesia juga diisi politikus dari partai lain, seperti eks Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar. Ia ditunjuk menduduki menjabat sebagai Ketua DPP bidang Seni dan Budaya Gelora Indonesia. Sebelum bergabung ke Gelora Indonesia, Deddy sempat bergabung ke Partai Demokrat. Bergabungnya Deddy pun turut mengejutkan para petinggi Partai Demokrat.
PARTAI UMMAT
Kabar partai baru sempalan PAN semakin berhembus kencang usai putra Amien, Hanafi Rais menyatakan mundur sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 pada 5 Mei lalu. Kala itu, dia pun menyatakan mundur dari struktur kepengurusan DPP PAN periode 2020-2025.
Amien Rais akhirnya menyematkan nama Ummat untuk parpolnya. Pilihan itu diumumkan langsung oleh Amien pada 1 Oktober lewat akun YouTube miliknya, Amien Rais.Official.
Sebulan berselang, Amien mengumumkan logo parpol barunya itu yakni berupa perisai tauhid dan bintang yang dilingkari dengan warna kuning keemasan. Menurutnya, warna dalam logo Partai Ummat datang dari kiswah ka’bah yang merupakan perpaduan dari beludru hitam dan benang emas.
Amien menyampaikan bahwa motto perjuangan partainya adalah melawan kezaliman dan menegakkan keadilan.
Partai Masyumi
Masyumi menjadi parpol yang paling mengejutkan kelahirannya. Tak pernah terdengar berita akan berdiri kembali, Masyumi tiba-tiba dideklarasikan secara resmi di tepat Hari Ulang Tahun ke-75 pada 7 November.
Deklarasi partai yang didirikan pada 1945 ini dilakukan di Gedung Dewan Dakwah, Jakarta Pusat, Sabtu (7/11). Pembacaan deklarasi dipimpin oleh Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII), A. Cholil Ridwan.
Kelahiran kembali Masyumi pun mendapatkan berbagai respons. Tidak terlepas dari sejumlah nama yang sebelumnya aktif di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang terkenal frontal menyuarakan kritik ke pemerintah.
Salah satu deklarator Partai Masyumi reborn, Ahmad Yani memastikan KAMI tak bakal jadi sayap organisasi partai besutannya.
Menurut Yani, KAMI sejak awal memang bukan dideklarasikan untuk terlibat dalam politik praktis meski dalam beberapa prinsip dan tujuan keduanya beririsan.
Yani mengklaim Masyumi telah lebih dulu direncanakan untuk didirikan meski dideklarasikan setelah KAMI. Sejumlah petinggi Masyumi telah membahas pendirian partai Orde Lama itu sejak Maret 2019, jauh sebelum deklarasi KAMI.
Pemerintah merespons pendirian kembali Masyumi lewat Menko Polhukam Mahfud MD. Mahfud menyampaikan bahwa Masyumi yang baru dibentuk tak sama dengan yang dulu pernah ada.
Mahfud mengatakan Masyumi telah bubar pada 1960 dan tak punya kaitan dengan yang baru dibentuk saat ini.
Menurut Mahfud Masyumi diminta bubar oleh Presiden Soekarno usai terlibat dalam gerakan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Kala itu, Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang diminta bubar.
Source: CNN Indonesia