Jiwa Pemimpin Alami dan Natural, Masinton: Bekal Pengalamannya Puan Bukanlah Pemimpin yang Tiba-tiba Muncul

 

Ketua DPR RI,Puan Maharani.

INFONUSANTARA.NET — Politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu akui sepak terjang Puan Maharani ketua DPR RI perempuan yang pertama sebagai pemimpin yang natural.

Masinton menganggap Puan Maharani selalu tampil dengan sisi politik apa adanya. Bukan karena trah atau latar belakang keluarga politisi.

“(Mbak Puan ini) tidak dibuat-buat, tidak pencitraan, lebih natural,” kata Masinton dalam siaran persnya.

Masinton melanjutkan bahwa Puan juga merupakan pemimpin yang sudah terasah kemampuannya sejak kecil.

“Mbak Puan ini juga beliau ‘kan selain putrinya Bu Mega dan almarhum Pak Taufiq Kiemas ya, beliau ‘kan juga pernah mengalami situasi-situasi sulit ketika Orde Baru pada saat itu merepresi dan membatasi langkah-langkah politik keluarga Bung Karno, keluarga Bu Mega,” katanya.

Selain itu, Puan memiliki insting politik yang tajam dengan bekal pengalamannya. Puan bukanlah pemimpin yang tiba-tiba muncul.

“Dia orangnya lebih tenang dan lebih matang lah. Gaya politiknya sangat dewasa, tidak reaksional, langkah politiknya lebih matang. Ga dibikin-bikin. Kepemimpinan yang tampil apa adanya,” ujar Masinton.

Puan sendiri memang pernah mengatakan bahwa dirinya kerap kali mendampingi sang ibu dalam berbagai kejadian, terutama ketika PDI Perjuangan mengalami represi pada masa Orde Baru. Pada acara Konsolidasi Partai Banteng itu beberapa waktu lalu, Puan juga mengaku sepak terjangnya karena gembelengan sang Ayah.

“Mbak Puan ini dari mulai kecil sudah mengalami fase-fase, situasi politik, yang represif pada saat itu. Pada saat Orde Baru itu, beliau lebih insting dan naluri politiknya lebih matang,” kata Masinton.

Mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu juga merupakan seorang pemimpin yang terlihat tenang dan tidak gegabah.

“Beliau selalu tenang, bukan tipikal pemimpin yang panik. Dan beliau karena PDI Perjuangan ‘kan concern-nya masyarakat kecil ya, beliau lebih responsif dan peka, mendengar suara-suara masyarakat di bawah,” tuturnya.

Perhatian dan kepekaan Puan pada suara rakyat juga tercerminkan pada jabatannya, mulai dari anggota DPR, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Menko PMK, hingga sekarang Ketua DPR. Secara nyata kepeduliannya pada rakyat terlihat dari kritik yang belakangan Puan lemparkan untuk pemerintah.

Masinton memandang bahwa sikap kritis itu memang diperlukan. Terlebih, kritik yang berangkat dari keresahan masyarakat. Misalnya saja, terkait kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang terlihat represif pada masyarakat dan tidak terlihat persuasif.

Masinton melanjutkan bahwa apa yang disuarakan Puan itu adalah bagian dari pelaksanaan tugasnya. “Sebagai Ketua DPR ya harus menyampaikan itu dong. Nah, di satu sisi mengkritisi di satu sisi memberi masukan pada pemerintah. Pemerintah ‘kan harus dibantu, nggak bisa mereka bekerja sendiri. Mana yang belum pas harus diberitahu, harus diingatkan,” ujar Masinton.

Diketahui, belakangan Puan memang aktif dalam memberi masukan pada pemerintahan Presiden Jokowi. Beberapa lontaran kritik Puan, di antaranya adalah perihal aturan makan 20 menit, pembagian bantuan sosial, hingga kebijakan terkait PPKM Level 4 lainnya.

“Itu bagian dari mendengar suara masyarakat. Kemudian, disampaikan ke pemerintah sebagai eksekutif, pelaksana,” ucap Masinton.(b/inf)

Leave a Comment