Target 7,5 Miliar, Realisasi PAD Disparpora Limapuluh Kota Juni 2022 Baru Rp 650 Juta

INFO|Limapuluh Kota – Ribut-ribut terkait objek wisata Lembah Harau yang beberapa waktu terakhir kerap mewarnai lini masa di Sumatera Barat dan Kabupaten Limapuluh Kota ternyata tidak berbanding lurus dengan kontribusi objek wisata unggulan Luak Nan Bungsu itu terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).


Keributan pertama terkait Lembah Harau pertama kali diviralkan mantan runner up Putera Indonesia 2016, Intan Aletrino yang mengeluhkan antrean panjang di pintu masuk Lembah Harau pada saat berkunjung pada awal Mei 2022 lalu.


Kekecewaannya itu ia tumpahkan melalui akun Instagram pribadinya, @intanaletrino. “Kondisi masuk wilayah Harau 50 Kota, harus antri macet 3-5 kilometer karena di depan ada ‘pungutan’ biaya masuk Harau. Udah pasti sangat gak nyaman, makan waktu sejam sendiri apalagi bawa anak kecil,” tulis Intan Aletrino kala itu.


Tak lama berselang, satu lagi video viral terjadi di Lembah Harau. Video viral berdurasi pendek berisi tayangan pertengkaran seorang laki-laki dengan penumpang dan awak bus wisata.


Sepertinya soal uang parkir. Laki-laki itu membuat kecut awak bus, namun tidak seorang perempuan. Ibu-ibu itu merekam kejadian dengan telepon genggamnya dan berjanji akan memviralkan. Si tukang parkir itu tak berani melawannya. Ia menjauh dan video habis durasinya. Sepertinya tamu dari provinsi tetangga itu, batal masuk.


Kepala Disparpora Limapuluh Kota, Desri mengatakan, untuk 2022 ini pihaknya dibebankan target PAD sebesar Rp7,5 miliar. Namun sampai Juni 2022, realisasinya baru Rp650 juta.


“Target Rp7,5 m itu ditetapkan sewaktu ada rencana Perda terkait kenaikan tiket masuk Harau Rp20.000, tapi sepertinya Perda itu batal dan sampai kini tiket masuk ke Harau masih tetap Rp5.000,” kata Desri.


Dengan tiket masuk ke objek wisata Harau yang masih tetap Rp.5000, diakui Desri bahwa target Rp7,5 m sangat sulit untuk direalisasikan. Pihaknya pun telah mengusulkan untuk perubahan target PAD.


“Pada 2021 lalu ketika tiket Rp5.000 dan target PAD Rp3,5 m, capaiannya hanya Rp1,1 m,” terang dia.


Meski mustahil untuk dapat mencapai target PAD yang sudah ditetapkan, Desri mengungkapkan bahwa pihaknya terus melakukan inovasi untuk dapat meningkatkan angka kunjungan dan dapat menghasilkan PAD yang lebih besar untuk daerah.


Diantara upaya yang dilakukan adalah penggunaan tiket elektronik untuk masuk ke Lembah Harau. Pada saat dilakukan uji coba tiket elektronik, pendapatan dari tiket masuk Lembah Harau meningkat sampai 100 persen. Sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir penurunan kembali terjadi.


“Selama seminggu uji coba terjadi peningkatakan, misalnya dari Rp2 juta per hari jadi Rp4 juta. Ada peningkatan lebih dari 100 persen. Tapi akhir-akhir ini terjadi penurunan kembali ke angka Rp2 juta, bahkan ada yang di bawah itu seperti Rp1,4 juta,” terangnya.


Dia pun mengaku akan melakukan evaluasi untuk mengetahui penyebabnya, apakah karena jumlah pengunjung yang menurun atau karena disebabkan hal lain.


“Saya sebagai kepala dinas belum bisa mengambil keputusan, di mana masalahnya? Tapi yang jelas kita akan evaluasi lagi terkait penggunaan tiket elektronik karena di masa uji coba meningkatkan 100 persen dan kini kembali seperti biasa,” tambah Desri.


Diakuinya, dari pemantauan di lapangan memang sebagian besar pengunjung Lembah Harau memilih untuk menggunakan pembayaran tunai dibandingkan tiket elektronik.


Sebagian besar pengunjung lebih suka membayar langsung daripada mengeluarkan kartu ATM. Kita memang memberikan pilihan, mau digesek atau manual,” pungkasnya.


Penulis : Ady

Editor : Heri Suprianto

Leave a Comment