Paten Jadi Strategi Bio Farma Tingkatkan Daya Saing dan Capai Kemandirian Vaksin

 

INFONUSANTARA.NET —Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing global dalam produksi vaksin, Bio Farma memiliki strategi yakni mematenkan hasil-hasil inovasi dari dalam maupun luar perusahaan.

Selain meningkatkan daya saing global, paten vaksin juga merupakan target Bio Farma untuk mencapai tujuan kemandirian vaksin nasional agar tidak lagi tergantung pada sektor impor terutama dalam hal penyediaan raw material.

“Kita sering mendengar, industri farmasi di Indonesia seperti tukang jahit, bahan dan peralatan dari luar (negeri) padahal kita punya kemampuan menjadi desainer.  Untuk meningkatkan kemampuan anak bangsa ini jadi PR kami ke depan agar Indonesia bisa mandiri di bidang kesehatan,” kata Rahman Roestan, Direktur operasi PT Bio Farma dalam diskusi bertajuk Paten dan Pelindungan Inovasi di Indonesia, Selasa (22/11/2022).

Soal inovasi, Bio Farma sangat mengutamakan ide-ide dari internal perusahaan yang sifatnya bottom up. Unit-unit kerja diberikan keleluasaan untuk mengajukan ide inovasi sekecil apapun yang nantinya akan diverifikasi oleh PT Bio Farma.

“Perusahaan akan memberikan arpesiasi kepada pemenang,” tuturnya 

Ada tiga kategori ide dan inovasi yang diapresiasi oleh PT Bio Farma kepada pegawai yang memiliki ide inovasi dengan standar bisa memberikan keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan. 

Kategori pertama adalah inisiatif. Dalam kategori ini perusahaan mendapatkan keuntungan berupa efisiensi dan pendapatan yang paling minimal. 

Kedua adalah kategori kreatif. Dalam kategori ini, ide yang dimanfaatkan memiliki potensi keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan menengah dan kategori terakhir adalah invensi. Dalam kategori ini biasanya sudah berupa penemuan baru yang orisinil dengan potensi memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan nilai yang tinggi. Tentunya apresiasi yang diberikan kepada pemilik ide pun akan tinggi pula. 

“Kami mendorong karyawan agar berani memberikan ide yang meyakinkan, ide yang memberikan penghematan atau tambahan revenue untuk perusahaan.Bukan hanya inovasi produk tapi inovasi dalam proses administrasi juga,” tuturnya. 

Inovasi-inovasi dari pegawai Bio Farma pun sudah ada beberapa yang dipatenkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi paten 

“Sebagai laporan kami bahwa Bio Farma ada 13 proses yang sudah kita daftarkan. Satu masuk (fase) pelayanan teknis, 5 sudah granted (mendapatkan paten) dan sisanya dalam pemeriksaan substansif,” ungkapnya.

Tidak hanya inovasi dari internal saja, Bio Farma juga membangun kolaborasi dengan pihak luar seperti seperti universitas dan lembaga riset dalam negeri lainnya. Rahman mengatakan, pihaknya ke depan juga akan berkolaborasi dengan universitas luar negeri untuk mencari inovasi lainnya terutama dalam bidang bio teknologi dan vaksin. 

“Untuk mendapatkan inovasi dan produksi vaksin di tengah pendaftaran paten, kita harus berkolaborasi, mengikuti update serta memiliki kemandirian riset,” tandasnya.

Rahman menambahkan, salah satu kolaborasi yang sukses dilakukan PT Bio Farma dengan pihak luar adalah dalam rangka pengembangan dan produksi vaksin Covid-19 Indovac yang berbasis Subunit Protein Rekombinan. 

Dalam perjalanannya, pengembangan produksi vaksin Indovac, Bio Farma bekerjasama  dengan lembaga-lembaga seperti  Kementrian Kesehatan, Badan Litbangkes, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eijkman dan Baylor College of Medicine. 

Bahkan dalam jangka panjang menengah proses pengembangan dan produksi vaksin Indovac, Bio Farma menjalin kerjasama dalam rangka mengakuisisi teknologi baru dalam produksi vaksin dengan WHO dan CEPI serta collaborator internasional lainnya.

Produksi vaksin Indovac menurut Rahman merupakan bentuk kemandirian Indonesia dalam penyediaan vaksin Covid-19. “Kita tidak berharap ada pandemi lagi, tapi negara harus siap,” pungkasnya. (*)                                                                    

 

Leave a Comment