Semen Padang Jangan Sampai Tinggal Nama, Anggota Komisi II Manufer Dukung Pernyataan Tegas Ketua DPC Gerindra Padang Mendesak Dilakukannya Spin Off

 

Manufer Putra Firdaus
Anggota Komisi II DPRD Kota Padang
Fraksi Partai Gerindra 

INFONUSANTARA.NET– Dengan adanya perubahan manajemen perusahaan dari PT Semen Padang bergabung ke Semen Indonesia, warga kota berharap ada geliat ekonomi yang mereka rasakan langsung. Namun kondisi PT Semen Padang memprihatinkan, karena saat ini hanya menjual semen dan klinker, tanpa ada brand PT Semen Padang itu sendiri.

Ironisnya dengan keadaan PT Semen Padang sekarang ini, terjadi 3 pabrik non aktif,yakni pabrik Indarung 2, pabrik Indarung 3 dan pabrik Indarung 4.Tidak aktifnya tiga pabrik PT Semen Padang ini karena penjualan merosot.Hal ini akan memunculkan dampak negatif kedepannya kepada masyarakat Sumatera Barat, Kota Padang, serta khususnya kepada karyawan.

Sejak menjadi unit produksi, Semen Padang berada penuh dibawah kendali Semen Indonesia. Semuanya ditentukan oleh pusat. Bahkan material pembuatan semen seperti batu kapur, tanah clay dan lainnya yang berasal dari perut bumi Lubuk Kilangan juga kuat dugaan dikuras untuk kepentingan seluruh pabrik yang berada di bawah Semen Indonesia.

Anggota Komisi II DPRD Kota Padang, Manufer Putra Firdaus menegaskan sangat mendukung sekali pernyataan dari ketua DPC Partai Gerindra Kota Padang Pak Very Mulyadi,  yang tegas mendesak untuk dilakukan Spin Off (kegiatan pemisahan perusahaan, red) dengan Semen Indonesia. Dimana hal ini adalah langkah untuk menyelamatkan Semen Padang, termasuk menyelamatkan aset-asetnya yang terkesan sudah mati suri.

“Memang Pemko Padang dapat PBB, pajak galian C, tapi kita tidak dapat pajak produksi. Dengan keadaan PT Semen Padang saat ini tentu berimbas pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kota Padang dan Pemprov Sumbar,”pungkasnya.

Selain itu kata Manufer, hal ini juga menghilangkan rasa otonomi daerah. Karena Semen Padang ini adalah icon untuk Kota Padang dan Sumatera Barat. 

“Ini yang harus kita perjuangkan bersama karena ini akan banyak berimbas untuk sektor – sektor yang berdampak dengan kesejahteraan masyarakat. Baik itu di dalam internal Semen Padang maupun terhadap masyarakat luas,”ungkap Kader Partai Gerindra Kota Padang ini.

Very Mulyadi
Ketua DPC Partai Gerindra Kota Padang 

Sebelumnya, Very Mulyadi,Ketua DPC Gerindra Kota Padang juga tak habis pikir upaya manajemen Semen Indonesia mengkerdilkan Semen Padang. Dimulai dari departemen pemasaran di PT Semen Padang hilang dan seluruh peran pemasaran semen diambil alih PT Semen Indonesia sejak beberapa tahun belakangan.

“Sejak posisi direktur pemasaran dan turunannya departemen pemasaran hilang, PT Semen Padang seperti semacam unit produksi saja. Hanya menghasilkan semen dari pabrik, sementara untuk memasarkan usaha, langsung dari Semen Indonesia. Mana bisa efektif memakai strategi seperti itu. Nyatanya kita lihat sekarang, penjualan Semen Padang turun. Buktinya 3 pabrik non aktif,” tuturnya.

Tak hanya itu, Semen Padang sebut Verry juga diduga ikut pula memproduksi semen Dynamix di pabrik Indarung. Semen Dynamix ini produknya Semen Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang juga grup Semen Indonesia. Malahan Semen Dynamix ini juga bersaing merebut pangsa pasar dengan Semen Padang di Riau daratan dan Kepulauan Riau.

“Ini namanya praktek semen tukar baju. Isi dalamnya Semen Padang, tapi mereknya Dynamix. Saya lihat sendiri video nya , semen Dynamix diproduksi dari Semen Indarung,” kata pria yang juga menjabat Ketua Pemuda Pancasila Sumbar itu.

Dugaan praktik mengkerdilkan Semen Padang lainnya yang dilakukan manajemen Semen Indonesia adalah, memproduksi semen klinker dari pabrik Indarung untuk di ekspor keluar negeri dan dikirim ke pabrik holding Semen Indonesia.

Bahkan material pembuatan semen seperti batu kapur, tanah clay dan lainnya yang berasal dari perut bumi Lubuk Kilangan juga kuat dugaan dikuras untuk kepentingan seluruh pabrik yang berada di bawah Semen Indonesia. Pengiriman klinker maupun raw material semen ini dikirim melalui kapal Teluk Bayur.

Dengan keadaan PT Semen Padang saat ini kata Verry, tentu berimbas pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kota Padang dan Pemprov Sumbar. Masyarakat mungkin tak mengetahui apakah pajak bahan galian C maupun pajak lainnya untuk kas daerah, hanya untuk produksi Semen Padang saja atau sudah mencakup secara keseluruhan untuk Semen Indonesia Group. Kalaulah hanya tercatat untuk Semen Padang saja pembayaran pajaknya, rugi besar lah masyarakat Lubuk Kilangan maupun Pemko Padang dan Pemprov Sumbar.

Apalagi sekarang ini transparansi kinerja perusahaan sangat kurang, karena masyarakat tidak bisa lagi bisa mengetahui berapa profit yang dihasilkan PT Semen Padang setiap tahunnya dan berapa hasil produksi semen setiap tahun, karena dibatasi oleh Manajemen Semen Indonesia.

Biasanya di tahun 2017 kebawah, transparansi pengelolaan perusahaan dengan mudah diketahui publik. Karena publik mengetahui laporan kinerja perusahaan dari media massa.

“Saya sudah lama memprediksi kinerja produksi menurun dan penjualan semen juga mengalami kemerosotan. Wajar saja, karena Semen Padang seperti dikerdilkan. Apalagi Apa yang saya prediksi sejak beberapa tahun lalu, akhirnya sekarang menjadi kenyataan,” sebut pria yang juga Ketua IOF Sumbar ini.

Jangan ganggu pasar Semen Padang. Ini kebanggaan Ranah Minang. Biarkan PT Semen Padang itu memasarkan produk semen dengan cara mereka sendiri. Beri keleluasaan, jangan malah produk Semen Padang yang sudah mendunia ini seakan dibunuh oleh induk perusahaan sendiri,” tutur Verry yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Perjanjian Kompensasi Batu Kapur, Mineral Lainnya dan Kesepakatan Pemberdayaan Perusahan Anak Nagari serta Sumber Daya Masyarakat Lingkungan Setempat (Satgas P2KBML & KPPSML) di Lubuk Kilangan ini.

“Maka itu kita juga mendesak lakukan Spin Off (kegiatan pemisahan perusahaan, red) dengan Semen Indonesia,” tegasnya.

Menurut Verry spin off adalah langkah yang jitu untuk menyelamatkan Semen Padang, termasuk menyelamatkan aset-asetnya yang terkesan sudah mati suri. “Jadi spin off itu sudah harga mati untuk menyelamatkan Semen Padang,”tegasnya.

Kalau Dynamix atau semen lainnya tetap menganggu pasar Semen Padang di wilayah sendiri, maka pasar Semen Padang itu sendiri akan hancur. Imbasnya pabrik akan tutup, PT Semen Padang dengan sejumlah pabrik tidak lagi berproduksi.

Lalu apa lagi yang akan terjadi? Verry menyebut bisa saja PT. Semen Padang hanya akan dijadikan perusahaan penyedia bahan baku. Tentu ini bukan keuntungan, namun rugi besar yang didapatkan termasuk untuk Sumbar sendiri.

“Maka sebagai Ketua Satgas P2KBML & KPPSML, saya tidak setuju Nagari Lubuk Kilangan hanya dijadikan sebagai penyedia bahan baku untuk semen lain. Bahkan saya tidak rela jika hasil bumi di sini diekspor, sementara keuntungannya tidak didapat Nagari dan Sumatera Barat sendiri,” pungkas Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumbar ini.

Menurut Verry mutu dan kualitas Semen Padang itu sendiri sudah jelas dan diakui dunia. Tidak wajar rasanya Semen Padang dianaktirikan dalam berproduksi.Jangan sampai produksi dikurangi terus, kemudian pabrik ditutup, ini sangat tidak bagus.

“Sebagai masyarakat Sumbar pada umumnya dan masyarakat Lubuk Kilangan khususnya, dirinya tidak ingin PT Semen Padang mati total di kemudian hari,”pungkas Verry yang juga memimpin Pengda IOF Sumbar.

Seperti disampaikan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade dalam RDP di Jakarta baru-baru ini, utilitas pabrik Semen Indonesia Grup hanya 40%. Terbukti, dari 5 pabrik Semen Padang, 3 sudah non aktif dan dua yang masih aktif. Semen Gresik juga demikian, dari empat pabrik, dua sudah non aktif. Begitupun dengan Semen Tonasa, dari empat pabrik, dua sudah non aktif. Berbeda sebaliknya dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang utilitas pabriknya mencapai 100 % dan tidak ada penutupan pabrik.(Inf)

Leave a Comment